MENDIDIK anak yang keras kepala.
Dijelaskan oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman, seorang penggiat keayahan, praktisi parenting islami, dan pengasuh website fatherman.id.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (QS. Az-Zariyat:56).
Jika Allah menghendaki seseorang menjadi hamba-Nya, maka tidak mungkin manusia tidak dibekali dengan bakat taat.
Setiap manusia memiliki bakat taat, karena akan diperintah menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka software yang namanya taat itu diciptakan. Ini menjadi sebuah bekal buat kita.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Artinya setiap anak itu tidak ada yang ngeyel. Sejatinya dia memiliki bakat menjadi hamba yang taat.
Maka sebagai orang tua jangan berputus asa.
Jika dalam kehidupan anak bersikap ngeyel saat diberi nasihat dan tidak mau mendengarkan, saat dilarang justru dengan sengaja malah dikerjakan, itu terjadi mungkin karena sebagai orang tua belum mengaktifkan bakat taat yang ada pada anak.
Baca juga: 10 Prinsip Disiplin Positif dalam Pengasuhan Anak
Mendidik Anak yang Keras Kepala
Anak menjadi pembangkang dikarenakan stimulan akalnya dijadikan sebagai tujuan utama pengasuhan.
Maksudnya adalah akalnya dijadikan panglima dalam menggerakkan seluruh potensi hidupnya, buka taat yang harusnya dijadikan panglima dalam hidup.
Jadi secara akal, anak bertindak cenderung tidak menerima jika dia merasa tidak nyaman.
Padahal ada hal yang harus ditanamkan sebagai orang tua kepada anak bahwa tidak selamanya akal menjadi pemenang.
Ada hal-hal yang berkaitan dengan norma agama dan sosial untuk menjadi hamba yang taat kepada tuhan dan masyarakat yang patuh dengan aturan hidup sosial.
Ketika akal dijadikan panglima dan dijadikan sebagai rujukan satu-satunya, maka inilah awal pembangkangan anak terjadi.
Sebagai orang tua penting untuk mengenalkan kepada anak ajaran tauhid, tentu dengan cara yang sesuai dengan usia anak.
Karena kelak itu akan menjadi pedoman dalam hidupnya.[Sdz]