STRES itu biasa. Yang tidak biasa pada cara mengolahnya.
Stres merupakan reaksi diri terhadap perubahan lingkungan. Dan kemampuan diri melakukan penyesuaian memunculkan tingkat stres seseorang yang berbeda-beda.
Ada tingkat stres yang wajar. Ada pula tingkat yang berat. Stres yang wajar biasa. Tapi yang berat dampaknya bisa fatal. Setidaknya mengganggu kesehatan diri.
Bahkan kesehatan fisik sangat dipengaruhi oleh tingkat stres seseorang. Jadi, bukan sekadar karena kurang gizi atau kurang tidur. Inilah kenapa orang yang mampu memenuhi kebutuhan gizi dan istirahat ideal tetap mengalami sakit berat.
Berapa masyarakat kita yang mengalami stres? Hasil survei Kemenristek Dikti yang terakhir, menunjukkan 55 persen orang Indonesia mengalami stres.
Kenapa orang sulit melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan? Jawabannya ada pada kecerdasan dan kedewasaan jiwa masing-masing.
Contoh, selepas hujan usai, dua orang melihat sisi luar jendela dari sudut pandang yang berbeda. Yang satu melihat keadaan tanah yang becek. Satunya lagi melihat ke langit yang cerah dari semula gelap karena mendung.
Orang yang melihat tanah yang becek akan pesimistis. Sementara yang melihat langit cerah akan sebaliknya: semangat dan optimistis. Meskipun dua-duanya berada di tempat yang sama dengan keadaan lingkungan yang sama.
Kecerdasan dan kedewasaan jiwa sangat dipengaruh oleh pemahaman tentang hidup. Itulah kenapa di masyarakat yang muslim jauh lebih bahagia daripada yang non muslim. Meskipun yang muslim lebih miskin dari yang non muslim.
Indikasi kebahagiaan terlihat dari keramahan sosial, keutuhan rumah tangga, hingga jumlah anak. Tiga hal ini sangat memprihatinkan di masyarakat non muslim. Meskipun sekali lagi mereka lebih mapan.
Pemahaman tentang hidup tak bisa didapat kecuali dari bimbingan Islam: dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Islam mengajarkan tentang hidup: dari mana dan mau kemana. Bahwa, hidup di dunia ini hanya ujian dan bersifat sementara.
Selain itu, Islam juga mengajarkan tentang keimanan yang menjadikan jiwa lebih cerdas dan dewasa. Sehingga semua hambatan atau perubahan lingkungan yang tidak diharapkan bisa disikapi dengan arif dan bijaksana.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Tidaklah suatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya….” (QS. At-Taghabun: 11)
Begitu pun dengan amaliyah Islam berupa shalat, zikir, sedekah, ukhuwah, dan lainnya; memunculkan kesadaran bahwa lingkungan diri harus dibentuk. Bukan hanyut diombang-ambing keadaan.
Jadi, jika merasakan stres, cobalah menemukan kembali kesadaran tentang hakikat hidup. Shalat dan perbanyak zikirlah, insya Allah jiwa menjadi kembali sehat. [Mh]