RASULULLAH bersikap lemah lembut dan biasa bercanda dengan Ummu Aiman layaknya ibunda sendiri. Suatu hari Ummu Aiman mendatangi Rasulullah lalu berkata, “Wahai Rasulullah, gendonglah aku!”
Dengan nada bergurau, Rasulullah mu di atas anak unta.” menjawab, “Aku akan menggendongmu di atas unta”
Baca juga: Bisikan Iblis kepada Adam untuk Memakan Buah Terlarang
Kisah Ibunda yang mengasuh Rasulullah (2)
Ummu Aiman menyahut, “Wahai Rasulullah, anak unta itu tidak akan kuat membawaku dan aku tidak mau.”
Rasulullah menjawab lagi, “Aku tidak akan menggendongmu, kecuali di atas punggung anak unta.”
Dengan ucapan-ucapan ini, Rasulullah bermaksud bergurau dengan Ummu Aiman. Sesungguhnya, beliau tidak pernah mengatakan selain ke- benaran dan pada hakekatnya semua unta pastilah anak anak unta.
Ummu Aiman adalah seorang wanita yang latah dalam berbicara. Acapkali ia salah berucap ketika hendak meringkas beberapa huruf dari suatu kalimat. Sebagai contoh, pada saat Perang Hunain, ia berdoa agar kaum Muslimin mendapat kejayaan dan kemenangan. Ia berkata,
سَبَّتَ اللهُ أَقْدَامَكُمْ
Rasulullah pun menegur, “Diamlah wahai Ummu Aiman, sesungguhnya, engkau adalah orang yang latah.” Demikian pula ketika ia menemui Rasulullah pada suatu hari. Ummu Aiman mengucapkan,
سَلَامٌ لَا عَلَيْكُمْ
Selanjutnya, Rasulullah as-salam saja memberinya keringanan untuk mengucapkan
Baca juga: Kisah Kemuliaan Aminah: Ibunda Penyayang Sang Pembawa Cahaya
Di samping sifat-sifat terpuji tersebut ditambah kemuliaan yang di- milikinya di sisi Allah dan Rasul-Nya dan meskipun sudah lanjut usia serta kesehatannya menurun, Ummu Aiman tidak pernah mau ketinggalan untuk bergabung dengan para pahlawan Islam dalam berperang melawan musuh-musuh Allah demi meninggikan kalimat Allah. Ummu Aiman ikut bergabung dalam Perang Uhud bersama Nabi dan berperan, bersama para wanita lainnya, dalam menyedikan air minum dan mengobati prajurit yang terluka. Ia juga hadir dalam Perang Khaibar bersama Rasulullah dan memberi bantuan sekuat tenaga.
Ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar berkata kepada Umar bin Khaththab “Marilah kita datangi Ummu Aiman untuk meringankan kesedihannya karena kepergian Rasulullah. Kita kunjungi beliau sebagai- mana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah.” Tatkala Abu Bakar dan Umar sampai di sisinya, Ummu Aiman menangis.
Abu Bakar dan Umar bertanya, “Mengapa engkau menangis? Sungguh apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah.” Ummu Aiman menjawab, “Aku tidaklah menangis karena tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasul-Nya, tetapi aku menangis karena wahyu telah berhenti turun dari langit.” Jawaban itu seakan memicu Abu Bakar dan Umar untuk menangis pula. Ummu Aiman pun kembali menangis, diikuti tangisan Abu Bakar dan Umar. Ketika Umar bin Khaththab wafat, Ummu Aiman seraya berkata, “Hari ini lemahlah Islam.”
Ummu Aiman berpulang ke hadirat Allah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Ketika itu Utsmanlah yang menshalatinya kemudian memakamkannya di tanah Baqi’ yang mulia. Ia wafat dua puluh hari setelah terbunuhnya Umar bin Khaththab.
Semoga Allah merahmati Ummu Aiman, pengasuh junjungan seluruh umat manusia, Rasulullah. Wanita suci yang ikut dalam hijrah dengan berjalan kaki. Wanita yang diberikan anugerah besar oleh Allah berupa minuman dari langit yang menyehatkan dan menghilangkan rasa haus dahaga.
Sumber: Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam – Dr. Bassam Muhammad Hamami
[Vn]