ChanelMuslim.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Utara telah mengesahkan qanun (Peraturan Daerah) yang diantaranya ada empat qanun yang ditetapkan agar menghindari agar kemasiatan tidak terjadi. Diantara 4 peraturan pemerintah tersebut adalah.
Pertama Qanun tersebut berisi tentang pemisahan ruang kelas antara siswa dan siswi, baik untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kedua, dalam Perda tersebut juga mengatur tentang larangan berboncengan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya (orang yang haram dinikahi). Larangan ini dinilai sesuai dengan syariat Islam yang diberlakukan di Aceh.
Qanun tersebut telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Utara pada tanggal 20 April 2015 lalu. Adapun Perda tersebut akan mengatur tentang ketertiban dan kemaslahatan umat.
“Ini qanun inisiatif kita yang akan mengatur dan mengurangi kemaksiatan di Aceh Utara, sekarang qanun sudah kita serahkan pada eksekutif,” kata Ketua Badan Legislasi (DPRK) Aceh Utara, Fauzan Hamzah, Rabu (6/5),seperti dikutip dalam laman merdeka.
Dalam qanun atau Perda terebut secara tegas disebutkan larangan berboncengan dengan non-muslim. Selain itu juga dilarang pria dan wanita non-muhrim bermesraan saat berkendaraan.
“Kecuali dalam keadaan darurat, boleh berboncengan,” jelas Fauzan.
Ketiga, dalam Perda tersebut juga dilarang menyelenggarakan pertunjukan seperti keyboard, karaoke, baik di cafe, perkantoran, ekstrakurikuler sekolah atau kampus, pesta perkawinan dan kegiatan promosi atau bisnis lainnya.
Ini dilakukan, kata dia, untuk mencegah kemaksiatan dan kemaslahatan umat. Seperti pemisahan ruang kelas pria dan wanita, ini upaya mencegah tidak terjadi kemaksiatan.
“Sedangkan sanksinya pertama memberikan teguran, lalu pernyataan permintaan maaf, bimbingan di pesantren, kerja sosial hingga diusir dari kampung tersebut. Ada juga sanksi lainnya untuk dunia usaha dicabut izin operasionalnya,” ujarnya.
Keempat dalam Perda tersebut juga mengatur tentang larangan penjualan pakaian ketat yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Selain itu dilarang memajang patung peraga yang mirip manusia atau binatang.
“Kecuali untuk kepentingan ilmu kesehatan itu boleh,” tutupnya.(jwt)