JURNALIS fotografi Palestina, Motaz Azaiza, dievakuasi dari Gaza pada hari Selasa menuju Qatar, setelah bertahan selama 108 hari dari serangan militer Israel di wilayah tersebut.
Motaz Azaiza merupakan seorang jurnalis berusia 24 tahun, yang rutin mendokumentasikan kehancuran yang menimpa kota kelahirannya sejak awal serangan Israel di Gaza.
Motaz telah menjadi salah satu tokoh paling menonjol dari Gaza di media sosial. Ia menyampaikan berita rutin berbahasa Inggris kepada 18 juta pengikutnya di Instagram.
Sebelum bulan Oktober, Motaz hanya memiliki 25.000 pengikut di Instagram, jumlah tersebut melonjak naik sejak dimulainya serangan Israel di Gaza pada bulan Oktober.
Baca Juga: Wael Dahdouh, Sosok Jurnalis Tangguh di Gaza, Jalani Perawatan Medis di Qatar
Setelah 108 Hari Mendokumentasikan Kengerian di Gaza, Jurnalis Motaz Azaiza Dievakuasi ke Qatar
Pada hari Selasa, Motaz memposting video emosional di Instagram. Ia menjelaskan keputusannya untuk meninggalkan Gaza, tempat para jurnalis sering menjadi sasaran drone dan pesawat perang Israel.
“Ini terakhir kalinya Anda melihat saya dengan rompi (pers) yang berat dan bau ini. Saya memutuskan untuk mengungsi hari ini,” katanya sambil menunjuk rompi pers yang ia kenakan. (Selasa, 23/01/2024)
“Mudah-mudahan saya bisa segera kembali dan membantu membangun Gaza lagi,” tambahnya.
Motaz mengungkapkan dirinya akan bepergian ke Qatar.
Di tengah laporan yang sangat mengerikan dan suram tentang kondisi Gaza. Motaz juga membagikan gambaran sekilas tentang ketahanan warga Gaza berbagi makanan, bermain sepak bola, dan pergi ke pantai.
Motaz sering berbagi pemikiran pribadinya, mengungkapkan dampak buruk fisik dan mental yang ditimbulkan oleh perang tiga bulan yang menimpanya.
“Semua tekanan pada kesehatan mental saya akan membuat saya membayar mahal di masa depan,” tulis Motaz di X pada bulan Desember.
Karya Motaz telah diakui secara internasional, dan TRT World Citizen menobatkan Azaiza sebagai ‘Communicator Awardee’ tahun 2024.
GQ Timur Tengah menampilkannya sebagai ‘Man Of The Year’ 2023 pada bulan November.
Terlepas dari berbagai penghargaan dan pengakuan internasional, hal ini tidak banyak mengurangi risiko nyata yang dihadapi oleh Motaz dan jurnalis Palestina lainnya di lapangan.
Israel telah membunuh sedikitnya 119 jurnalis di Gaza sejak 7 Oktober, yang berarti lebih dari satu jurnalis per hari, menurut Federasi Jurnalis Internasional.
Selama pemberitaannya, Aziaza menerima beberapa ancaman dari nomor telepon Israel yang tidak dikenal.
[Ln]