KEPALA biro Al Jazeera di Gaza, Wael Dahdouh, menjalani perawatan medis di ibu kota Qatar, Doha. Ia tiba pada Selasa malam, melalui Mesir.
Dahdouh terluka dalam serangan Israel pada bulan Desember yang menewaskan rekannnya di Al Jazeera, Samer Abudaqa.
Dahdouh yang menjadi wajah liputan Al Jazeera Arab tentang serangan Israel di Gaza meninggalkan daerah kantong yang terkepung untuk pertama kalinya sejak konflik Israel-Palestina dimulai pada bulan Oktober.
Ia telah kehilangan istrinya Amna, putranya Mahmoud, putrinya Sham dan cucunya Adam pada bulan Oktober setelah serangan udara Israel menghantam rumah tempat mereka berlindung di kamp pengungsi Nuseirat, setelah mengungsi dari rumahnya di Kota Gaza.
Baca Juga: Putra Wael al-Dahdouh Kepala Biro Al Jazeera di Gaza Tewas Akibat Serangan Udara Israel
Wael Dahdouh, Sosok Jurnalis Tangguh di Gaza, Jalani Perawatan Medis di Qatar
Awal bulan ini, putra tertua jurnalis veteran berusia 53 tahun ini, Hamzah, yang juga seorang jurnalis Al Jazeera, terbunuh oleh serangan rudal Israel di Khan Younis, Gaza selatan.
Terlepas dari perasaan kehilangan yang sangat besar, Dahdouh tetap menghibur keluarga, teman, dan koleganya untuk terus menghadap kamera dan melaporkan dengan tabah tentang situasi bencana di Gaza.
“Biayanya sangat tinggi, namun pada akhirnya, kami bertanya pada diri sendiri, ‘Apa pilihan lainnya?’,” katanya kepada stasiun televisi Amerika NBC dalam sebuah wawancara pada hari Minggu.
“Kami duduk di rumah kami, menunggu rudal mendarat. Tinggalkan pekerjaan ini, tinggalkan pesan kemanusiaan yang kami sampaikan? Ini jelas bukan suatu pilihan,” kata Dahdouh.
Saat Dahdouh menguburkan Hamzah, dia mengatakan bahwa dirinya adalah salah satu dari banyak orang di Gaza yang mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai dan berjanji untuk tetap berada di jalannya untuk menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi di Gaza.
Hampir 100 jurnalis terbunuh di Gaza sejak Oktober. Data dari Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) menunjukkan bahwa lebih banyak jurnalis yang terbunuh dalam 10 minggu pertama konflik dibandingkan jumlah jurnalis yang terbunuh di satu negara dalam satu tahun penuh, dikutip dari Al Jazeera.
[Ln]