RIBUAN warga Palestina yang terbunuh akibat serangan dan pemboman tentara Israel bukan hanya soal angka. Mereka adalah anak, ibu, ayah, saudara dan orang-orang terkasih bagi mereka yang ditinggalkan. Hari-hari mereka diliputi kesedihan dan kekhawatiran akan kehilangan kerabat dekatnya, bahkan sebelum mereka bisa saling bertemu.
Sebagaimana yang dialami warga Palestina di Tepi Barat yang hampir tidak bisa mengunjungi keluarga mereka di Gaza.
Pada tanggal 8 Oktober, Eman Radwan menelepon orang tuanya dari Tepi Barat dan berbicara dengan mereka untuk terakhir kalinya.
Mereka berada di Gaza, tempat Israel melancarkan pemboman tanpa henti menyusul serangan Hamas terhadap desa-desa dan pos-pos militer Israel sehari sebelumnya.
Selama bertahun-tahun, Radwan tidak dapat mengunjungi orang tuanya secara rutin karena Israel melarang warga Palestina untuk berpindah antara Tepi Barat dan Gaza, dengan pengecualian yang jarang terjadi.
Baca Juga: Ayo Less Waste Sulap Sampah dan Pakaian Bekas Menjadi Donasi untuk Palestina
Warga Palestina Kehilangan Keluarganya Setelah Bertahun-tahun Sulit Bertemu
Israel memerintahkan seluruh warga Palestina di Gaza untuk mengungsi ke selatan, namun orang tua Radwan tidak bisa meninggalkan rumah mereka. Mereka tinggal di Kota Gaza, dekat Universitas Islam yang menjadi sasaran serangan udara Israel pada 11 Oktober.
Ayahnya sedang merawat ibunya, yang menderita penyakit jantung dan membutuhkan oksigen untuk bernapas sehingga mustahil bagi mereka untuk pergi.
Keesokan harinya, sebuah bom menghantam vila mereka dan membunuh mereka berdua, bersama dengan adik bungsunya dan seorang pemuda yang biasa datang membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah.
“Kerabat saya yang pertama kali menemukan saudara laki-laki saya, Hassan, dan ibu saya.
“Ibuku kehilangan tangan, anggota badan, dan kepalanya,” kata Radwan dikutip dari Al Jazeera, sambil berusaha menahan air matanya melalui telepon.
“Dua hari kemudian, (mereka) menggunakan traktor untuk mencari ayah saya di bawah reruntuhan dan kami juga menemukan (mayatnya).”
Radwan adalah satu dari ribuan warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat yang keluarganya berada di Gaza.
Pembatasan pergerakan yang diberlakukan Israel terhadap warga Palestina di dalam dan di antara kedua wilayah yang didudukinya, membuat dia hanya bertemu orang tua dan saudara kandungnya beberapa kali dalam 20 tahun terakhir.
Dia mengatakan bahwa dia masih tidak percaya bahwa dia tidak akan pernah melihat ibu, ayah, atau saudara laki-lakinya lagi.
“Banyak teman, keluarga dan kerabat yang membantu kami menguburkan keluarga saya kemudian terbunuh oleh pemboman Israel juga,” kata Radwan.
[Ln]