MENCARI sahabat sejati itu seperti memilih buah duren. Tak cukup melihat luarnya. Tak cukup menepuk bunyinya. Tak cukup mencium aromanya. Tapi harus dirasai dan dicerna dengan seksama.
Mencari sahabat yang ‘luarnya’ bagus itu mudah. Tapi menemukan sahabat yang ‘dalamnya’ cemerlang itu sulit.
Mencari sahabat yang suka dipuji itu gampang. Tapi mendapati sahabat yang suka menghargai susahnya bukan main.
Mencari sahabat yang ingin mendapatkan sesuatu dari kita itu tak sulit. Tapi menemukan sahabat yang siap mengorbankan diri itu langkanya bukan main.
Mencari sahabat sebagai teman tertawa di kala bahagia itu mudah. Tapi memperoleh sahabat yang siap menangis bersama itu pelik.
Mencari sahabat yang ingin selalu didengar itu banyak. Tapi mendapati sahabat yang siap untuk mendengar itu suitnya bukan main.
Mencari sahabat yang siap mengkritik itu tak pelik. Tapi menemukan sahabat yang Ikhlas dikritik itu sangat sulit.
Mencari sahabat yang hanya sekadar teman itu banyak. Tapi meraih sahabat yang sudah seperti saudara kandung itu begitu rumit.
**
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah beriman di antara kalian sehingga ia mencintai sahabatnya (saudara seimannya) seperti ia mencintai dirinya sendiri.”
Ucapan Nabi itu bukan sekadar moto indah yang tanpa nyata. Nabi yang mulia itu melakukan sebelum ia menganjurkan.
Para sahabat Nabi bukan satu atau dua orang. Tapi ratusan, bahkan ribuan. Mereka seperti mutiara yang berjajar membentuk desain indah.
Yang dicontohkan Nabi untuk kita, sebelum menuntut untuk bisa memperoleh sahabat yang ideal, bentuk dulu diri kita untuk juga ideal seperti yang diinginkan sahabat kita.
Jangan pernah mencari sahabat karena ingin mendapatkan sesuatu. Carilah sahabat karena ingin memberikan banyak hal. Layani mereka dengan baik, maka otomatis mereka akan juga siap melayani.
Tanyakan lubuk hati kita yang paling dalam: kita sosok yang siap mencintai atau yang ingin dicintai. Karena orang yang hanya ingin dicintai biasanya tak begitu paham tentang makna cinta yang sebenarnya. [Mh]