SINDROM merupakan gejala penyakit psikis. Inferior artinya sikap merasa rendah, tak mampu, dan kalah. Penyakit ini menjadikan seseorang menganggap tak mungkin Palestina mengalahkan Israel.
Pejuang-pejuang Palestina yang diwakili Hamas menghebohkan dunia karena mampu menjebol perbatasan Israel. Sebanyak 250 orang ditawan, termasuk komandan berbintang dua Israel.
Namun, tidak banyak pengamat yang yakin bahwa begitulah kualitas Hamas, dan begitu pula rapuhnya Israel. Mereka menerawang mencari alasan untuk menguatkan bahwa Hamas tak mungkin bisa begitu hebat.
Dalihnya tentang konspirasi. Diimajinasikan bahwa Israel memang sengaja ‘mempersilakan’ Hamas masuk, membunuh tentara, dan menawan warga. Semua ini akan digunakan Israel sebagai alasan sah untuk membantai Hamas di Gaza.
Kedengarannya memang terasa benar dan masuk akal. Menurut mereka, jangankan ratusan pasukan Hamas, burung pun terdetek jika melewati batas perbatasan Israel.
Benarkah? Sejumlah fakta berikut ini mungkin akan menjungkirbalikkan imajinasi itu.
Satu, Peristiwa Gilad Salit di Tahun 2004
Pada tahun 2004, Hamas berhasil menangkap seorang tentara Israel berpangkat kopral. Namanya, Gilad Salit. Dia adalah warga Prancis keturunan Yahudi yang akhirnya menjadi tentara Israel.
Israel berusaha keras mencari keberadaan Gilad. Berbagai operasi intelijen dan militer mereka lakukan. Tapi tetap saja, Gilad masih ditawan Hamas.
Waktu pun bergulir. Gilad menjadi tawanan Hamas bukan hitungan pekan atau bulan. Hingga tujuh tahun, Gilad masih dinyatakan hilang.
Hamas menawarkan Israel untuk pertukaran tawanan. Satu Gilad ditukar dengan 1.027 tawanan Palestina yang ditahan di pejara Israel.
Awalnya Israel gengsi untuk menerima. Tapi karena tekanan warganya, Israel akhirnya mau juga. Pada bulan Oktober 2011, terjadilah pertukaran tawanan yang diinginkan Hamas.
Fakta ini menunjukkan bahwa Israel memang tidak sehebat yang digembar-gemborkan. Cari satu orang saja selama tujuh tahun, tak becus. Apalagi sekarang, 250 orang dengan satu jenderal.
Kedua, orang lupa bahwa operasi militer Hamas 7 Oktober ini tidak berdiri sendiri hanya sebagai konflik Israel Palestina. Tapi, berhubungan dengan isu internasional dunia Islam: normalisasi diplomatik Israel dan Arab Saudi.
Dua pekan sebelum serangan Hamas, baik Netanyahu maupun MBS (Muhammad bin Salman) sama-sama memberikan isyarat bahwa normalisasi sudah dekat. Dan hal ini sangat membahayakan eksistensi umat Islam dunia.
Kenapa? Dengan normalisasi ini, Israel akan leluasa ‘menduduki’ dua tanah suci umat Islam dunia: Mekah dan Madinah. Di mana, di dua kota itu terdapat Masjid Haram dan Masjid Nabawi.
Rasanya, siapa pun paham kalau Israel tidak mengincar uang Arab Saudi, karena mereka lebih kaya dari Saudi. Israel pun tidak mengincar alat militer Saudi, karena mereka lebih canggih dari Saudi.
Yang diincar Israel adalah dua tempat suci di Saudi itu: Al-Haram dan An-Nabawi. Karena mereka tidak puas hanya menguasai satu dari tiga masjid suci umat Islam, yaitu Al-Aqsha.
Pertanyaannya, bukankah non musim terlarang memasuki Mekah dan Madinah? Tapi, sejauh ini, tak ada alat ukur untuk mendeteksi apakah seseorang muslim atau non muslim yang masuk Mekah dan Madinah.
Boleh jadi, mereka akan berpuas-puas diri untuk membuang kotoran setiap warga Israel di dua masjid itu. Meskipun di toilet yang sudah disediakan.
Tak tertutup kemungkinan, mereka akan membuat kekacauan di dua tempat suci itu untuk memberikan citra buruk bahwa Mekah dan Madinah tidak lagi sesuci dulu.
Nalar seperti inilah yang tidak mampu dijangkau oleh mereka yang terkungkung dalam penyakit sindrom inferior.
Di otak mereka seolah hanya ada dua pasal. Pasal satu, penjajah Israel tak mungkin dikalahkan. Pasal dua, jika diduga Israel berhasil dikalahkan, maka lihat pasal satu. Atau, hanya sekadar konspirasi Israel. [Mh]