Saya berharap menulis adalah bagian dari tradisi. Menulis adalah bagian dari kebiasaan. Menulis adalah bagian dari prestasi. Tulisan ini, saya tulis sebenarnya untuk memotivasi diri saya sendiri agar stamina dalam membuat karya, terus dan terus terjaga. Namun tidak ada salahnya kan, kalau saya ingin berbagi tips ini. Seorang penulis membutuhkan stamina. Stamina inilah yang mendorong penulis untuk senantiasa konsisten menghasilkan berbagai karya tulisan. Apa saja stamina menulis itu? Pertama, stamina yang muncul dari diri sendiri yakni potensi. Setiap orang diberikan Allah potensi untuk menulis walaupun memang kadarnya berbeda. Namun demikian semakin diasah kadar potensi itu akan semakin tajam dan menjadikan penulis hebat. Maka yakinilah bahwa engkau sangat berbakat menulis dan berusahalah untuk membuktikan bahwa engkau memang berbakat menulis.
Kedua, mengubah mindset. Terkadang seseorang enggan menulis itu karena mereka merasa tidak berbakat. Padahal itu tidak benar. Semua orang berbakat. Sukses dan tidaknya ditentukan oleh usaha. Ingat, 99% kesuksesan itu adalah usaha sedangkan 1% yang menentukan adalah bakat. Kemudian yang perlu diubah adalah pola pikir untuk tidak membandingkan dirimu dengan penulis besar. Ingat, mereka para penulis besar itu dulunya juga seperti kita. Mereka terus berusaha dan berusaha sehingga menjadi penulis besar. Engkaupun demikian ketika terus berusaha maka kelak akan dapat menjadi penulis besar. Kemudian, jangan terperangkap dengan pengeditan. Ingat, engkau bukan seorang ahli bahasa. Engkau bukan guru bahasa Indonesia. Maka yang terpenting adalah menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan sampai tuntas. Pengeditan akan dilakukan setelah seluruh gagasan sudah tertuang dalam tulisan. Mengenai EYD, akan dipelajari sambil berjalan. Namun jangan sampai takut menulis gara-gara takut tulisan tidak sesuai dengan EYD. Sekali lagi engkau adalah penulis bukan editor. Dalam penerbitan sebuah buku, sudah ada editor yang akan mengedit tulisanmu.
Ketiga, adalah kemampuan menggali ide. Jika engkau cerdas dalam mendapatkan ide maka itu baik untuk menjaga staminamu. Banyak sekali ide itu tersajikan. Saat engkau membaca bisa muncul ide, saat engkau berjalan-jalan, diskusi, bahkan merenungpun bisa muncul ide. Yang terpenting adalah ide itu engkau tangkap dengan mencatatnya dan mulailah mengembangkan ide itu dengan tulisanmu.
Keempat, lakukan manajemen waktu. Engkau harus mampu mengatur waktu. Engkau harus bisa menyediakan waktu untuk membaca, menggali ide, dan menulis. Carilah waktu-waktu khusus dan buatlah kebiasaan dengan waktu khusus itu. Jika engkau telah memiliki waktu khusus maka menulis itu ibarat makan. Kita makan 3x sehari, pada jam waktu makan pastilah keinginan untuk makan muncul dan kita berusaha untuk makan. Sama, ketika engkau sudah bersahabat dengan waktu tertentu, maka pada waktu tertentu itu datang, keinginan untuk menulis sangat kuat dan akhirnya menulis menjadi sebuah hiburan dan kesenangan. Engkau bisa menggunakan waktu menjelang tidur, saat engkau bangun dini hari atau saat senggang. Yang terpenting, luangkan waktumu untuk menulis. Saya terbiasa menulis di waktu-waktu senggang.
Kelima, biarkan ide itu mengalir. Ini bagian yang terpenting. Engkau harus membiarkan ide itu mengalir apa adanya. Ingat saat ini engkau sedang menuangkan ide dan gagasan. Biarkan mereka mengalir. Jangan hambat mereka dengan mengedit kata-kata. Hindarilah mengedit kata-kata. Engkau adalah penulis bukan editor. Engkau boleh mengedit kata-kata agar lebih baik dan indah saat semua ide telah engkau tuangkan dalam tulisanmu. Tulislah apa saja yang ada dalam pikiranmu. Setelah itu engkau pilah mana tulisan emas yaitu tulisan yang sesuai dengan tema yang engkau inginkan. Mana ide yang bagus yang dapat engkau simpan karena tidak berhubungan dengan tema yang saat ini sedang ditulis dan mana ide/tulisan sampah yang harus engkau buang. Pemilahan itu nanti saat engkau selesai menuangkan seluruh gagasan dan pikiranmu dalam tulisan. Banyak orang gagal menulis karena sibuk mengedit padahal seluruh ide dan pikirannya belum tertuang seluruhnya.
Keenam, buatlah target. Engkau dapat membuat target berapa tulisan dalam setahun atau berapa buku yang dapat engkau buat dalam setahun. Jangan berpikir bahwa buku disini adalah buku yang telah memiliki ISBN dan yang telah dipasang dalam rak-rak toko buku terkenal, sama sekali bukan. Engkau sedang belajar. Engkau dapat mencetak bukumu sendiri, itu dulu. Dari buku-buku yang telah engkau buat, engkau pilih mana buku yang serius yang ingin engkau tawarkan ke penerbit untuk diterbitkan. Saat itulah engkau serius untuk membuat buku yang akan diterbitkan. Sama dengan membuat buku, membuat tulisan bukan berarti tulisan yang dimuat di media massa atau majalah. Engkau dapat memanfaatkan fasilitas blog gratis untuk memuat berbagai tulisanmu. Untuk melatihmu menulis engkau bisa targetkan berapa tulisan dalam setahun dan berapa buku dalam setahun.
Ketujuh, miliki komunitas menulis. Engkau dapat mempertahankan staminamu dengan bergabung dalam komunitas menulis. Engkau akan termotivasi saat mengetahui buku orang lain telah diterbitkan dan menjadi best seller. Engkau akan termotivasi saat kawan-kawanmu sedang sibuk untuk membuat buku. Ingat, motivasi itu menular. Ketika engkau berada dalam lingkungan penulis maka hampir pasti engkau akan jadi penulis. Selain motivasi, engkau juga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahamanmu tentang cara menulis yang baik dan substansi materi tulisan. Jadi, komunitas akan menjadikanmu termotivasi dan menambah pengetahuanmu.
Kedelapan, berkolaborasi. Engkau dapat berkolaborasi dengan orang lain untuk meningkatkan kemampuanmu menulis. Sebagai awalan engkau dapat bergabung dalam penulisan bunga rampai. Engkau juga dapat bergabung dengan seseorang yang telah menghasilkan karya buku. Berkolaborasi dengan orang lain akan memotivasimu untuk menulis dan menumbuhkan jiwa saat karyamu menjadi nyata.
Kesembilan, doa. Berdoalah agar engkau kelak menjadi penulis hebat. Mintalah doa kepada ayah dan bundamu. Ingat, menulis itu adalah keabadian. Menulis itu adalah investasi amal yang tidak putus-putus, maka jadikanlah menulis itu tradisi dan hobimu.