ADA empat kunci hubungan yang baik dengan manusia menurut motivator parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto W. berikut ini.
Ada 4 kunci, jika kita ingin hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih damai, tentram dan nyaman. Apa saja itu? Yuk, kita simak.
Empat Kunci Hubungan yang Baik dengan Manusia
1. Selalu Berprasangka Baik
Saat kita melihat tetangga sedang menyapu jalan, sebenarnya perbuatan ini adalah perbuatan yang biasa bukan, atau bisa kita umpamakan nilainya netral.
Perilaku membersihkan jalanan bisa positif atau negatif, itu tergantung persepsi masing-masing orang.
Kalau orang yang berpikir positif maka ia akan mengatakan “ibu itu baik sekali menyapu jalanan sehingga membuat orang lain nyaman, semoga dengan kebaikannya menjadi keberkahan”.
Berbeda dengan orang yang berpikir negatif, ia akan mengatakan “Alah… sok bersih paling cari muka”.
Contoh lagi nih, saat kita sedang jalan di genangan air, tiba-tiba ada mobil berjalan cepat sehingga sebagian air genangan muncrat mengenai celana kita.
Orang yang berpikir negatif, mereka akan marah, ngomel, mengumpat, meneriaki bahkan melempar batu ke mobil tersebut.
Mereka mengatakan, “Orang tidak tahu diri, tidak sopan, tidak tahu tata krama, gue sumpahin nabrak lu”.
Sedangkan orang yang berpikir positif maka ia akan mengatakan, “Ooo nggak apa-apa, mungkin iya keburu-buru ke rumah sakit, istrinya mau melahirkan”.
Dengan berprasangka positif maka hati kita akan lebih tenang, lebih damai, lebih nyaman. Jadi orang yang negatif itu, meskipun orang lain melakukan tindakan sebaik apapun tetap saja ia akan berprasangka buruk.
Orang yang tabiatnya berprasangka buruk itu hidupnya tidak nyaman, tidak damai, tidak tenang.
Baca juga: 14 Kiat Cerdas Secara Emosional dalam Membina Hubungan Suami Istri
2. Kita menginginkan orang lain sesuai dengan apa yang kita pikirkan, apa yang kita inginkan
Kita ingin orang lain sesuai dengan apa seharusnya dilakukan menurut versi kita.
Misalnya, kita ingin teman kita meminta maaf karena dia sudah bersalah tapi ternyata teman kita ini tidak pernah minta maaf dan bahkan merasa tidak bersalah.
Lalu kita sedih. Kita menuntutnya untuk melakukan sesuai yang kita inginkan. Padahal kita tidak akan pernah bisa mengubahnya.
Jangankan diri kita, Nabi saja tidak bisa mengubah iman pamannya, Nabi Luth tidak mampu mengubah istrinya, Nabi Ibrahim tidak mampu mengubah Ayahnya.
Nabi Nuh tidak mampu mengubah anaknya. Kita itu menginginkan seseorang sesuai dengan apa yang kita inginkan, apa yang kita bayangkan padahal itu tidak mungkin.
Itulah yang menjadi masalah dalam kehidupan kita, ingin orang lain berperilaku sesuai apa yang kita inginkan.
Jadi saat kita menginginkan orang lain berperilaku sebagaimana yang kita inginkan lalu orang tersebut tidak melakukannya maka kembalikan kepada Allah.
Semua yang menimpa kita itu adalah takdir Allah untuk menguji kesabaran kita. Allah menguji diri kita dengan sikap orang lain yang tidak kita sukai.
Jadi, ikhlaskan dan maafkan. Katakan “Ya Allah, Aku ikhlas dan menerima, semua sudah menjadi takdir-Mu, ya Allah berilah Aku ketenangan”.
3. Selalu Melihat dari Sisi yang Positif
Ada sebuah cerita. Ketika itu ada sebuah cluster kecil dengan beberapa rumah di dalamnya. Ada sebuah keluarga yang merasa dikucilkan dalam kluster itu.
Tentu saja keluarga itu tidak nyaman dengan kondisi seperti ini. Namun, keluarga itu melihat dari sisi positifnya.
Dengan kondisi mereka dikucilkan di kluster keluarga ini akhirnya menjalin pertemanan dan persahabatan di luar klaster.
Ia rajin berkunjung, bersilaturahmi, berbagi di luar klasternya. Akhirnya keluarga ini memiliki banyak teman, banyak sahabat dan tidak tergantung lagi dengan yang di dalam klaster.
Lama-lama yang di dalam klaster mulai kembali mendekati keluarga ini. Ini adalah salah satu contoh bagaimana kita bisa mengambil sisi positif dari sebuah peristiwa yang tidak kita sukai.
Jika kita terbiasa selalu mengambil sisi baiknya dari peristiwa yang buruk maka hidup kita akan lebih damai, tenang dan nyaman.
4. Memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan
Selanjutnya adalah perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Misalnya jika kita ingin dihormati maka hormatilah orang lain.
Jika kita ingin dihargai, maka hargailah orang lain. Jika kita ingin diapresiasi maka apresiasilah orang lain. Jadi perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.[ind]
Sumber: Buku Newcomer edisi revisi