CERDAS secara emosional adalah hal terpenting dalam komunikasi dan hubungan suami istri untuk pernikahan yang kuat dan sehat.
Apa itu kecerdasan emosi? Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola emosi sendiri, serta emosi orang lain.
Bagaimana kecerdasan emosional melanggengkan pernikahan? Ada banyak cara, antara lain sebagai berikut.
1- Dapat mengenali kebutuhan pasangan dan menanggapinya tanpa mereka harus memintanya.
2- Suami kemungkinan besar akan menemui istri untuk mendapatkan dukungan emosional dan sebaliknya daripada pergi ke orang lain atau mengatakannya secara tidak tepat.
3- Keistimewaan fisik – semua orang perlu merasa diperhatikan.
Memiliki pasangan yang dapat diandalkan untuk berbagi emosi dan mendapatkan dukungan meningkatkan kebahagiaan pribadi serta dalam hubungan perkawinan.
4- Merawat emosi sendiri dan menjadi sensitif terhadap pasangan akan memberikan dampak yang menyeluruh, yaitu membantu kamu menjadi versi yang lebih baik dari diri sendiri.
Kamu juga akan memiliki kepuasan yang lebih besar terhadap kehidupan, termasuk dalam pernikahan.
Baca Juga: Suami Istri Meraih Mimpi
14 Kiat Cerdas Secara Emosional dalam Membina Hubungan Suami Istri
Trauma masa lalu dan pola asuh yang tidak sehat dapat merusak kecerdasan emosi kita dan menyebabkan kita memiliki kesulitan dalam mengatur emosi dengan orang lain dan selanjutnya mempengaruhi kehidupan pernikahan.
Kecerdasan emosi tidak datang secara alami kepada semua orang, tetapi alhamdulillah, kecerdasan emosi adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan.
Selain itu, juga dapat membantu meningkatkan hubungan perkawinan.
Ada banyak cara mengembangkan keterampilan ini.
1. Selalu mempertanyakan pemikiran dan mempertimbangkan perspektif lain.
Apakah dia terlambat pulang kerja karena benar-benar dia keluar dengan teman-temannya? Atau apakah dia terlambat untuk mendapat sedikit tambahan untuk membantu keuangan keluarga?
Atau karena lalu lintas yang buruk? Pikiran pertama hanya akan membangkitkan perasaan marah, sedangkan dua yang terakhir akan membangkitkan perasaan empati.
2. Perhatikan bagaimana pikiran terkait dengan emosi.
Jangan memberi kekuatan pada pikiran negatif yang menyebabkan perilaku negatif. Berlatihlah dengan pikiran positif yang menghasilkan emosi positif.
3. Identifikasi tanda-tanda fisiologis dan menanggapinya sebelum meledak.
Apakah kamu merasakan jantung kamu berdetak kencang sebelum marah? Ini adalah tanda untuk melakukan sesuatu yang akan meredakan kemarahan sebelum kamu bereaksi dengan perilaku yang tidak rasional.
4. Apa yang mampu menenangkan emosi negatif kamu?
Membaca, berjalan-jalan, menarik napas panjang? Rasulullah mengajarkan kita untuk mengatasi emosi negatif, yaitu;
– Berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan setan
Dari Sulaiman bin Shurad beliau berkata: “(Ketika) aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ada dua orang laki-laki yang sedang (bertengkar dan) saling mencela,
salah seorang dari keduanya telah memerah wajahnya dan mengembang urat lehernya. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat yang seandainya dia mengucapkannya maka niscaya akan hilang kemarahan yang dirasakannya.
Seandainya dia mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”, maka akan hilang kemarahan yang dirasakannya.” [HR. Bukhari dan Muslim].
– Diam (tidak berbicara), agar terhindar dari ucapan-ucapan buruk yang sering timbul ketika orang sedang marah [Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi wal hikam”].
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah maka hendaknya dia diam” [HR. Ahmad dan Bukhari].
– Duduk atau berbaring, agar kemarahan tertahan dalam dirinya dan akibat buruknya tidak sampai kepada orang lain [Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi wal hikam”].
– Dari Abu Dzar al-Gifari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya dia duduk, kalau kemarahannya belum hilang maka hendaknya dia berbaring” [HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Hibban].
Praktik-praktik ini akan melawan tanggapan fisiologis negatif yang menciptakan ketenangan dan pada akhirnya akan menghasilkan perilaku yang lebih tenang.
5. Kesadaran diri: ketahui pemicu emosi kamu.
Jika ada tempat atau topik pembicaraan tertentu yang membangkitkan emosi negatif Anda, maka rencanakan cara untuk menghadapinya terlebih dahulu.
Ketika pikiran kamu jernih, sebelum pertemuan dan percakapan, temukan solusi yang cerdas untuk menangani masalah daripada merespons secara tidak rasional pada saat emosi meningkat.
Teknik-teknik seperti latihan pernapasan atau berjalan kaki dapat membantu di sini.
6. Lakukan hal-hal yang memicu munculnya emosi bahagia.
7. Berhenti berbicara dan mendengarkan saja dalam suatu pertengkaran.
Ini memberi kamu ruang untuk berpikir sebelum merespons secara tidak rasional dan memungkinkan pasangan merasa didengarkan dan juga menenangkan emosi masing-masing.
Dengan cara ini, percakapan yang lebih produktif dapat dilakukan dan menghasilkan solusi yang lebih kondusif.
8. Pilih kata-kata dengan hati-hati.
Bertanggung jawab atas emosi tanpa menyalahkan pasangan. Misalnya, katakan “Saya merasa frustrasi” daripada “Kamu membuat saya merasa frustrasi”.
Kalimat ini memberi tahu pasangan tentang perasaan kamu daripada menyalahkannya.
Menempatkan tanggung jawab emosi pada pasangan kamu dapat membangkitkan perasaan bersalah dan persepsi manipulasi.
Mengambil tanggung jawab untuk emosi memberi mereka ruang untuk maju dan membantu kamu atas kemauan mereka sendiri tanpa perasaan bersalah atau terpaksa.
9. Minta maaf kepada pasangan
Ketika kamu membentak dan kemudian menyesalinya, minta maaf kepada pasangan dan maafkan diri kamu juga.
10. Identifikasi apakah kamu memiliki kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi sejak masa kanak-kanak dan bagaimana kamu secara sadar atau tidak sadar mencarinya pada pasangan.
11. Jangan hanya bergantung pada pasangan untuk mendapatkan kebahagiaan.
Jika kamu melakukannya, maka kamu akan selalu menuntutnya dari pasangan daripada memelihara cinta yang ada.
Kamu menuntut pasangan mencintai kamu tanpa benar-benar menyadari untuk terlebih dulu mencintainya.
12. Identifikasi emosi di balik kata-kata.
Pasangan kamu mungkin tidak pandai mengekspresikan emosi mereka, tetapi kebanyakan orang sering menyatakan perasaan mereka dengan kata-kata dan nada suara yang mereka pilih.
13. Tanyakan bagaimana perasaan pasangan, jangan menduga-duga.
Kebanyakan orang suka merasa dimengerti. Biarkan pasangan kamu mengetahui bahwa kamu peduli dengan perasaannya.
14. Hargai perasaan mereka dengan meminta masukan dari mereka sebelum kamu membuat keputusan besar.
Kamu dapat memperoleh keterampilan kecerdasan emosional dengan mempraktikkan hal-hal di atas dan memelihara pernikahan yang kuat dan sehat.
Kelola emosi kamu dan peka terhadap pasangan kamu, tanggapi dengan cara yang membuat kamu berdua merasa baik. [My/ind]