PENJELASAN Tafsir Surat Al Baqarah ayat 2 tentang mengagungkan dan memuliakan al-qur’an dijelaskan oleh Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. berikut ini.
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ
“Kitab (Al-Qur’an) ini..” (Al-Baqarah: 2)
Kalimat ini ( ذلك الكتاب) punya makna tersirat yaitu untuk mengagungkan dan memuliakan al-Quran ( للتعظيم و التكريم).
Karena kata ganti penunjuk ini menunjuk kepada kedudukan al-Quran yang sangat agung dan mulia. Sebelum diturunkan ke bumi, al-Quran berada di tempat yang tinggi dan mulia (Lauh Mahfuzh).
Karena itu kita harus mengagungkan dan memuliakannya.
Mengagungkan dan memuliakan al-Quran dilakukan di antaranya dengan:
a- Mengimaninya.
b- Membacanya selalu.
c- Menghafalnya.
d- Memahami dan merenungkannya.
e- Menjadikannya sebagai akhlak sebagaimana perkataan Ummul Mukminin Aisyah ra tentang akhlak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
“Akhlak Rasulullah saw adalah al-Quran”.
f-Mengamalkan hukum-hukum dan ajaran-ajarannya. Atau menjadikannya sebagai petunjuk bagi kehidupan.
g-Mengajarkan dan mendakwahkannya kepada orang lain dan masyarakat.
Baca juga: Tafsir Surat ath-Thariq Tanda Kekuasaan Allah
Tafsir Al Baqarah Ayat 2 Mengagungkan dan Memuliakan Al-Qur’an
Al-Quran punya banyak nama. Ada dua nama al-Quran yang paling agung: Al-Kitab ( الكتاب) dan al-Quran ( القران).
Disebut al-Kitab ( الكتاب) karena al-Quran tertulis ( مكتوب) di tiga tempat:
A-Di Lauh Mahfuzh ( اللوح المحفوظ).
B- Di lembaran-lembaran yang ada di tangan para malaikat ( الصحف).
C- Di Mushhaf-mushhaf ( المصاحف) yang ada di tangan kaum Muslimin.
Ketika diturunkan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, al-Quran belum berwujud kitab atau mushhaf sebagaimana yang ada di tangan kaum Muslimin hari ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan, Kitab adalah wahyu Tuhan yang dibukukan.
Karena itu, ayat ini menjadi salah satu mukjizat. Karena terbukti kebenarannya beberapa kurun waktu setelah penurunannya.
Disebut al-Quran (bacaan) karena menjadi bacaan atau selalu dibaca orang-orang beriman. Karena itu menjadi aneh bila ada orang beriman yang tidak bisa membaca al-Quran dan tidak mengerti isinya.
Dua nama ini ( الكتاب – القران ) paling agung karena al-Quran dijaga dengan bacaan dan hafalan di dalam dada dan dijaga dengan tulisan di dalam media penulisan (kitab).
Dijaga di dalam dada para sahabat dalam bentuk bacaan dan dijaga dalam bentuk tulisan di kertas atau media tulisan lainnya.
Dengan dua cara inilah al-Quran terjaga selamanya. Karena itu, dua nama ini menjadi paling agung. Bahkan Allah memberikan kesaksian tentang salah satu cara penjagaan ini di dalam al-Quran:
بَلْ هُوَ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ فِيْ صُدُوْرِ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ ۗ وَمَا يَجْحَدُ بِاٰ يٰتِنَاۤ اِلَّا الظّٰلِمُوْنَ
“Sebenarnya, (Al-Qur’an) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-‘Ankabut: 49)
Kata Al-Kitab diambil dari kitabah ( كتابة), tulisan. Sedangkan tulisan pada zaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sangat langka dan sulit.
Bila ayat al-Quran diturunkan, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memanggil para penulis wahyu lalu mereka menulisnya di berbagai media penulisan yang ada pada waktu itu seperti pelepah kurma, kulit binatang, tulang dan lainnya.
Susunan ayat sebagaimana yang ada di Mushhaf sekarang ini atas arahan Jibril alaihis salam kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyampaikannya kepada para penulis wahyu.
Ada perbedaan dalam penggunaan kata ganti penunjuk (اسم الاشارة ) ketika menyebut dua nama Kitab suci ini.
Di dalam ayat ini disebutkan ذلك الكتاب. Tetapi di dalam al-Quran tidak pernah disebutkan: ذلك القران.
Ketika menyebut al-Quran, Allah menggunakan kata ganti penunjuk yang menunjuk kepada sesuatu yang dekat yaitu (هذا القران) sebagaimana di dalam firman-Nya:
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰ نَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَ يُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًا
“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,” (QS. Al-Isra’: 9)
Ini karena berkaitan dengan fungsi al-Quran sebagai petunjuk atau hidayah dan bacaan yang harus mudah difahami, mudah diamalkan dan mudah dijangkau.
Dekat identik dengan mudah. Ini sesuai juga dengan firman Allah:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰ نَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ
“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 22).[ind]