APA saja karakter para pembina yang harus dimiliki oleh seseorang yang mempunyai visi besar untuk memajukan umat Islam? Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menjelaskan hal ini.
Kadang jiwa ini merindukan pesan-pesan pembinaan yang mengingatkan saat-saat jernih di masa pembinaan awal.
Mengenal Karakter Para Pembina
Semoga pesan-pesan pembinaan ini bisa mengobati kerinduan dan membangkitkan semangat lama.
1-Seorang Pembina harus memerhatikan hubungannya dengan Allah
Yaitu dengan memberi waktu yang cukup untuk membina dirinya dan menjernihkan jiwanya dengan keyakinan yang mantap dan ibadah yang benar.
Ia harus memerhatikan setiap upaya yang bisa meningkatkan spiritualitasnya dan mendekatkan dirinya kepada Allah.
Karena keberhasilannya dalam membina saudara-saudaranya bertumpu pada keberhasilannya dalam membina dirinya.
Seorang ulama dakwah mengatakan:
“Medan pertama kalian adalah diri kalian. Jika kalian sudah berhasil memenangkannya maka kalian lebih mampu memenangkan orang lain.
Akan tetapi, jika kalian gagal membentuk diri kalian maka kalian pasti lebih tidak mampu membentuk orang lain. Maka cobalah berjuang membentuk diri kalian terlebih dahulu”.
Suatu kelalaian yang menghancurkan jika seorang pembina mengira bisa mengubah saudara-saudaranya sedangkan dia tidak mampu mengubah dirinya sendiri.
Dikatakan: “Kalian tidak bisa memenangkan pertempuran di medan laga sebelum kalian memenangkan pertempuran di dalam diri kalian”.
Medan pembinaan jiwa (pembinaan iman) yang pertama ini menjadi penggerak bagi setiap kebaikan dan pendorong bagi setiap kesadaran.
Seorang pembina harus mengetahui bahwa pembinaan adalah bekal dan kontribusi. Seseorang tidak akan bisa berkontribusi terus-menerus untuk saudara-saudaranya tanpa bekal yang terus-menerus ditambah.
“وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa“. (al-Baqarah: 197)
Pembinaan iman dan ibadah bagi seorang pembina berandil besar dalam membentuk syakhshiyah robbaniyah (kepribadian yang komit dengan ajaran Allah) yang membuat hatinya senantiasa tersambung dengan Tuhannya, tidak tertipu oleh gemerlap dunia, kedudukan dan jabatan.
Di samping akan membantunya untuk memperbanyak ibadah wajib dan sunah dengan khusyu’ dan tunduk, memperbanyak dzikir dan doa, membaca al-Quran dan merenungkan ayat-ayatnya.
Baca juga: Pentingnya Pembinaan Menurut Umar bin Khattab
2-Seorang Pembina harus memiliki akhlak yang mulia, nama yang harum, dan muamalah yang baik
Sebagaimana teladan yang ditunjukkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Dengan demikian, dia bisa “membuat senang” saudara-saudaranya dengan akhlaknya.
إِنَّكُمْ لَا تَسَعُونَ النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ وَلْيَسَعُهُمْ مِنْكُمْ بَسْطُ الْوَجْهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ»
“Kalian tidak bisa membuat manusia senang dengan harta kalian, tapi kalian bisa membuat mereka senang dengan wajah yang berseri-seri dan akhlak yang baik.” (al-Mustadrak: 427)
Di antara akhlak utama yang harus dimiliki seorang pembina adalah akhlak sabar, lapang dada, kasih sayang, lemah lembut, suka memaafkan dan membuang dendam.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159)
Manusia menjadi tawanan kebaikan karena hati selalu menerima orang-orang yang berbuat baik kepadanya dan berhimpun di sekitar mereka.
Kita bisa belajar dari teman-teman Nabi Yusuf alaihis salam di penjara yang mengatakan:
إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik”. (Yusuf: 36)
Sebagaimana kita bisa menyenangkan para mutarabbi (para terbina) dengan akhlak kita, juga bisa membina mereka dengan akhlak ini dalam kehidupan nyata melalui perangai dan sifat-sifat mulia yang mereka lihat.
Dari sini kita bisa mendapat satu fakta atau kaidah bahwa:
“Akhlak seorang pembina merupakan ibadah yang menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, di samping menjadi cara untuk menyatukan hati saudara-saudaranya, atau media untuk membina saudara-saudaranya dan membentuk murid-muridnya”.
3- Seorang pembina harus selalu berusaha keras menambah ilmu-ilmu yang bermanfaat sebagai bekal bagi dirinya dan untuk “dilimpahkan” kepada saudara-saudaranya.
Karena dia “menjadi pembina dengan ilmu-ilmu yang disampaikannya”.
Ilmu yang kami maksud bukan sekedar menghafal sejumlah buku saja, sekalipun sangat penting, tetapi di setiap bidang dia memiliki pengetahuan yang memadai khususnya di bidang pembinaan yang dilakukannya.
Penyampaian ilmu di sini tidak terbatas pada aspek ilmiyah saja tetapi juga meliputi berbagai kecakapan dan pengalaman nyata yang menerjemahkan ilmu pengetahuan.
Di antara kewajiban seorang pembina terhadap dirinya adalah memiliki konstruksi pemikiran yang terkait dengan medan dakwah dan pembinaan.
Seperti pemahamannya tentang karakteristik dakwah, manhaj dakwah dan sejarah dakwah. Di samping menguasai tentang hal-hal yang permanen dan berubah dalam pergerakan dan fikih dakwah.
Hal yang akan membantunya dalam masalah ini adalah membaca sirah Nabawiyah secara mendalam dan tulisan-tulisan tentang dakwah yang ditulis oleh para ulama dakwah.[ind]