MENEPATI janji setia kepada Allah Subhanahu wa taala bukan hal yang mudah, bahkan ada akibatnya jika melanggar. Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menjelaskan sebagai berikut.
Akibat Fatal Melanggar Janji Setia Kepada Allah
1- Fasik.
فَمَن تَوَلَّىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Maka barangsiapa berpaling setelah itu, maka mereka itulah orang yang fasik”. (QS. Ali Imran: 82)
Di dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Muyassarah, 2/1522-1524, Prof. Dr. Rowasy Qal’ahji, disebutkan definisi fasik: Melakukan dosa-dosa besar secara sengaja atau bersikeras melakukan dosa-dosa kecil tanpa takwil.
Di dalam Tafsir al-Munir, 3-4/278, Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, kata al-fasiqun diartikan: Orang-orang yang keluar dari ketaatan dan hukum-hukum Allah.
Yakni terlepas dan keluar dari nilai-nilai Islam yang sebelumnya dipegang teguh.
Orang yang sebelumnya berakhlak mulia berubah menjadi rusak akhlaknya, yang tadinya santun berubah menjadi kasar, yang tadinya jujur berubah menjadi suka berbohong,
yang tadinya mendukung dakwah berubah menjadi memusuhi dakwah, yang tadinya menjadi prajurit akidah dan fikrah berubah menjadi prajurit kepentingan duniawi,
membenci orang-orang saleh, suka mencela, meremehkan orang, suka menuduh tanpa bukti, suka memutarbalikkan fakta, suka menebar kebohongan dan tindakan-tindakan buruk lainnya.
Ini semua terjadi akibat mereka tidak bisa menjaga janji setianya kepada Allah lalu Allah menghukum mereka dengan kefasikan. Bahkan mungkin mereka tidak merasa melakukan kefasikan.
2- Tidak Memperoleh Bagian di Akhirat.
إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَٰئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat,
Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memerhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih”. (QS. Ali Imran: 77)
Mereka tidak mendapatkan bagian di akhirat bisa jadi karena mereka melakukan tindakan-tindakan yang mengakibatkan kebangkrutan di akhirat, sebagai hukuman dari Allah.
Seperti suka mencela, menuduh dan memakan harta secara tidak halal, sebagaimana disebutkan di dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang orang yang bangkrut (Sunan at-Tirmidzi, 2418).
Atau bisa jadi karena mereka berbalik arah, yang tadinya aktif berdakwah lalu berhenti berdakwah bahkan memusuhi dakwah dan mengungkit-ungkit apa yang pernah dilakukan untuk dakwah,
sehingga tindakannya ini bisa menghapuskan pahala amal-amal dakwah yang pernah dilakukannya.
Atau sebagaimana bunyi tekstual ayat di atas, karena memperjualbelikan atau mentransaksikan janjinya kepada Allah dan janji saudara-saudaranya kepada Allah dengan harta dunia,
sehingga di akhirat tidak mendapat bagian apa-apa. Kita berlindung kepada Allah dari keburukan ini.
Baca Juga: Surat Al Ahzab Ayat 7 Menepati Janji Setia kepada Allah
3- Mendapat Laknat.
وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Dan orang-orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi;
mereka itu memperoleh kutukan dan tempat kediaman yang buruk (jahanam)”. (ar-Ra’d: 25)
Laknat adalah kebalikan dari rahmat.
Menurut Ibnu Katsir, arti laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah, sehingga mereka melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan dan merugikan diri mereka di dunia dan akhirat.
Di antara tanda orang yang mendapat rahmat Allah adalah bersikap lemah lembut, tidak kasar dan keras hati, mudah memaafkan, cepat menyadari kesalahan dan dosa, dan komit dengan keputusan syura.
Firman Allah:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. ar-Ra’d: 159)
Karena itu, seringkali orang yang melanggar janji setianya kepada Allah mendapat kutukan, di antaranya, sebagai kebalikan dari buah rahmat yang disebutkan ayat di atas,
berupa perubahan sikapnya menjadi kasar, berhati keras sehingga tidak mau menerima nasehat dan peringatan (tadzkirah), menjauhkan diri dari orang-orang saleh,
tidak mudah menyadari kesalahan dan dosa, dan tidak komit dengan keputusan-keputusan syura sehingga mengakibatkan dirinya terjauhkan dari jamaah dakwah penuh berkah.
4- Berkhianat.
Bahkan di ayat lain disebutkan, diantara hukuman yang akan diterima setelah mendapat kutukan adalah mengerasnya hati mereka.
Jika hati seseorang sudah keras membatu maka segala keburukan tidak mustahil akan dilakukan hingga puncaknya berupa pengkhanatan, termasuk berkhianat dalam perjuangan dakwah.
Karena hati yang keras membatu menjadi pangkal timbulnya segala keburukan. Firman Allah:
فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً ۖ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ ۙ وَنَسُوا حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا بِهِ ۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَائِنَةٍ مِّنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.
Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan (mereka sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya,
dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat),
maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. al-Maidah: 13)
Karena kutukan ini mereka tidak segan-segan membongkar segala rahasia yang seharusnya dijaga dan secara terang-terangan tanpa rasa bersalah melakukan tindakan-tindakan destruktif yang menghambat bahkan menghancurkan dakwah Islam.
Akan tetapi, karena dakwah ini milik Allah, dengan cara-Nya Allah akan selalu menjaga dakwah-Nya.
Di dalam ayat ini, Allah menyuruh “biarkan mereka”. Ini mengisyaratkan bahwa Allah yang akan bertindak sendiri terhadap segala pengkhianatan yang ada; jangan terlalu dirisaukan.
Lanjutkan saja apa yang menjadi kewajiban dalam tugas-tugas dakwah.[ind]
(Bersambung)