PRESENTER Rahma Sarita berbagi kisah. Kisah itu tentang perjuangan panjang antara karir dan jilbabnya.
Tahun 2003 bisa dibilang saat yang sulit terlupakan bagi Rahma Sarita. Saat itu ia bercerai dengan suaminya. Yang paling menyakitkan, anaknya yang baru berusia 11 bulan pun dipaksa ikut berpisah karena mantan suami membawanya.
Rahma yang saat itu berusia 28 tahun tak bisa berbuat banyak. Ia mengalami goncangan batin yang begitu hebat. Tak ada yang bisa ia lakukan kecuali mengadu kepada Allah subhanahu wata’ala.
Saat itulah shalatnya menjadi terasa begitu istimewa. Ia merasakan ibadah shalatnya yang lalu hanya sekadar pemutus kewajiban. Karena di momen itu, shalat menjadi pertemuan indah antara dirinya yang sedang gundah dengan Allah Yang Maha Sayang.
Sebenarnya, di tahun itu, presenter keturunan Arab bermarga Al-Jufri ini sudah biasa mengenakan jilbab. Tapi jilbabnya masih ‘biasa’ saja. Tak ada sentuhan perjuangan seperti yang dirasakan mereka yang hijrah melalui jilbab.
Menjadi Presenter Berita
Sebuah televisi swasta menerimanya sebagai presenter berita. Rahma pun antusias menjalani karir barunya itu.
Sayangnya, ada syarat yang harus ia lakukan. Yaitu, ia harus melepas jilbabnya saat di depan kamera. Demi karir, hal itu ia terima. Dan hanya di depan kamera saja ia melepas jilbabnya. Di luar itu ia tetap mengenakan jilbab. Tapi, jilbab sekadar tradisi saja.
Sebenarnya, saat itu ia masih memahami bahwa jilbab sebagai keutamaan, bukan sebuah kewajiban. Ia memahami itu dari terjemahan ayat yang menyebut dengan kata ‘hendaklah’ mengenakan jilbabnya. Bukan ‘telah diwajibkan’, seperti perintah puasa.
Belakangan, ia pun menyadari kekeliruan itu. Bukan itu maksud dari ayat tentang jilbab itu.
Menemui Anak di Pekalongan
Di tengah kesibukan sebagai presenter, Rahma mendapat kabar bahwa anaknya telah dibawa pindah ke Pekalongan oleh mantan suaminya.
Ia pun rela menyempatkan diri untuk bisa melihat anaknya ke sana. Ketika akan ke Pekalongan, ia hanya punya waktu malam atau seusai siaran berita malam. Karena siangnya ia tidak sempat.
Saat itulah, ia berpikir untuk konsisten mengenakan jilbab. Hal ini bukan karena kesadaran, tapi karena berharap bisa selamat dari gangguan, karena ia sering keluar malam dengan kendaraan umum.
Menikah Lagi
Pada tahun 2011, Allah subhanahu wata’ala mempertemukannya dengan jodoh baru. Dari pernikahan itu, Allah menganugerahinya dua anak. Namun, momen-momen bahagia itu belum menyentaknya untuk berjilbab secara ‘matang’, belum kaffah.
Di celah-celah tahun itu, ia berpindah-pindah kerja. Dari stasiun televisi swasta yang satu pindah ke yang lain. Tapi tetap sebagai presenter berita.
Hal itu ia lakukan agar bisa punya waktu lebih luang bersama keluarga, khususnya anak-anak.
Menjadi Caleg
Pada sekitar tahun 2018, seorang teman di tempat kantor lamanya menawarkannya untuk menjadi caleg atau calon legislatif. Daerah pemilihannya di sekitar Pasuruan Jawa Timur, lokasi tanah kelahirannya.
Ia pun tertarik. Mungkin, kalau jadi nanti, ia bisa melepas profesi lamanya sebagai presenter di televisi.
Mulailah hari-hari sebagai caleg dilakoni Rahma Sarita. Ia harus mondar-mandir Dapil Pasuruan untuk berkampanye.
Ia baru menyadari kalau Dapil itu sangat akrab dengan jilbab. Artinya, kalau ia mau sukses kampanye di wilayah itu, ia harus selalu tetap berjilbab, dalam keadaan apa pun, termasuk di depan kamera.
Mulailah ia tinggalkan profesi sebagai presenter. Kesibukan barunya sebagai caleg lumayan menguras waktu dan tenaga. Tapi satu hal yang maju ia rasakan: ia lebih berkomitmen dengan jilbab, walaupun masih karena ingin sukses menjadi anggota legislatif.
Bahkan, suaminya yang saat itu masih berat hati melihatnya berjilbab pun akhirnya memakluminya. Demi karir baru sebagai caleg.
Tapi rupanya, Allah berkehendak lain. Ia gagal terpilih sebagai anggota legislatif. Ia pun kembali menyibukkan diri sebagai presenter berita.
Namun begitu, ada yang masih berbekas kuat dari interaksinya dengan wilayah Dapilnya di Jawa Timur itu. Ia menjadi lebih berkomitmen untuk setia dengan jilbabnya.
Di tahun 2019, dunia media sosial berkembang begitu pesat. Terutama, YouTube. Ia pun aktif di sebuah channel beritanya. Dan tentu saja, tak ada yang mensyaratkannya untuk melepas jilbab.
Dengan begitu, ia akhirnya bisa memperoleh tiga hal yang ia cintai secara sekaligus: tetap bersama keluarga, menjadi presenter berita, dan tentu saja tetap setia dengan jilbabnya. [Mh]
*) Seperti dituturkan Rahma Sarita dalam tayangan Jabat Jiwa TV.