HADIRNYA pasangan membuat seseorang merasa tenang. Seperti halnya Nabi Adam dan Siti Hawa. Dalam surat Al-A`raf ayat 189, Allah menjelaskan bahwa Dia menciptakan Adam. Kemudian, Nabi Adam diberikan pasangan agar hatinya merasa tenteram.
Baca Juga: Surat Al-A`raf Ayat 182 dan 183, Orang yang Bermaksiat Hidupnya Dibiarkan Makin Sukses
Surat Al-A`raf Ayat 189, Hadirnya Pasangan Membuat Hati Tenteram
۞ هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ اِلَيْهَاۚ فَلَمَّا تَغَشّٰىهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيْفًا فَمَرَّتْ بِهٖ ۚفَلَمَّآ اَثْقَلَتْ دَّعَوَا اللّٰهَ رَبَّهُمَا لَىِٕنْ اٰتَيْتَنَا صَالِحًا لَّنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ ١٨٩
Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia (istrinya) mengandung dengan ringan.
Maka, ia pun melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Tuhan mereka, “Sungguh, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Al-A`raf: 189)
Tafsir Tahlili menjelaskan dalam ayat ini, manusia itu diciptakan dari jenis yang satu, dan dari jenis yang satu itu diciptakan pasangannya, maka hiduplah mereka berpasangan pria-wanita (suami-istri).
Dari sinilah terciptalah tenteram dengan istrinya itu. Hidup berpasangan suami-istri merupakan tuntutan kodrati manusia rohaniah dan jasmaniah.
Bila seseorang telah mencapai usia dewasa, timbullah keinginan untuk hidup berpasangan sebagai suami-istri, dan dia akan mengalami keguncangan batin apabila keinginan itu tidak tercapai.
Sebab dalam berpasangan suami-istri itulah terwujud ketenteraman. Ketenteraman tidak akan terwujud dalam diri manusia di luar hidup berpasangan suami-istri.
Maka, tujuan kehadiran seorang istri pada seorang laki-laki di dalam agama Islam ialah menciptakan hidup berpasangan itu sendiri. Islam mensyariatkan manusia agar mereka hidup berpasangan suami-istri karena dalam situasi hidup demikian itu manusia menemukan ketenteraman.
Bila kedua suami-istri itu berkumpul, mulailah istrinya mengandung benih. Saat permulaan dari pertumbuhan benih itu terasa ringan. Pertama-tama terhentinya haid dan selanjutnya benih itu terus berproses, perlahan-lahan.
Maka, ketika kandungannya mulai berat, ibu-bapak memanjatkan doa kepada Allah agar keduanya dianugerahi anak yang saleh, sempurna jasmani, berbudi luhur, cakap melaksanakan tugas kewajiban sebagai manusia.
Kedua, istri itu berjanji akan mewajibkan atas dirinya sendiri untuk bersyukur kepada Allah karena menerima nikmat itu dengan perkataan, perbuatan dan keyakinan. [Cms]