SALAH satu keberhasilan melewati kehidupan di dunia ini adalah mampu menjalani ujian dari Allah dengan lapang dada dan keikhlasan. Artinya, saat ujian datang kita mengakui bahwa diri ini lemah. Kita selalu butuh Allah untuk membantu permasalahan kita.
Kita harus kembali sadar bahwa hakikat kehidupan di dunia adalah ujian. Keberhasilan dari ujian tersebut akan kita tuai di kehidupan akhirat.
Dalam surah Fathir ayat 15, Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلْفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
Artinya: Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
Kita bisa saja memiliki kekayaan yang melimpah, keluarga yang bahagia, kedudukan terhormat di tengah masyarakat, dan segala kesenangan dunia lainnya. Namun saat Allah timpakan musibah, berupa penyakit misalnya, maka pada saat itu segala kelapangan yang kita miliki tidak dapat melindungi kita.
Baca Juga: Jangan Putus Asa Dari Rahmat Allah
Kita Selalu Butuh Allah, Bagaimanapun Kondisinya
Mau tidak mau, kita harus menyadari kekuasaan Allah yang mutlak tak terlindungi. Terpaksa maupun sukarela, kita harus mengakui kelemahan kita.
Dengan begitu, ketergantungan kita kepada Allah semakin kuat.
Tentu masih melekat di benak kita, kisah penguasa diktator, Firaun yang menyombongkan diri atas kekuasannya bahka mengaku sebagai tuhan.
Pada akhirnya menyatakan, secara tidak langsung, keterbatasannya sebagai manusia biasa. Tatkala bertui-tubi ujian kesempitan dari Allah melanda negeri dan rakyatnya dengan penuh kehinaan dia memohon belas kasih kepada Nabi Musa.
Allah berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 133-134:
“Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: “Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu.
Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu”.
Tegasnya, kita tidak mampu meraih segala keinginan kita dan menghindari segala hal yang menyusahkan kit, manakala kita bertumpu pada kemampuan diri kita sendiri.
Semua kekuatan, kelebihan, dan kemuliaan kita dibanding makhluk-makhluk Allah lainnya, bukanlah sebuah pondasi yang kokoh untuk menopang segala keinginan kita untuk sukses meraih tujan dan selamat dari segala bencana.
Diperlukan kekuatan lain di luar kemampuan kita, sebuah kekuatan yang maha dahsyat dan tak tertandingi. Itulah kekuasaan, kekuatan, dan kehendak Allah. [Ln]