JANGAN larang aku merayakan ulang tahun anakku. Di situlah ada rasa cinta dan kasih sayang. Mulai dari mengenang lahirnya dan pengorbanan emaknya serta ada tekad untuk ke depan lebih baik.
Anak ke-3 saya yang dilahirkan dengan susah payah kemarin ulang tahun. Hobi saya merayakan ulang tahun anak. Walaupun banyak ustaz/ustazah mengharamkannya. Bahkan saya pernah loh ketakutan membawa kue.
Saya takut enggak ada yang makan. Meskipun akhirnya pada doyan semua. Padahal di sekolahan anak saya, semuanya menolak merayakan ulang tahun.
Setelah kue dan goody bag habis dibagikan timbul protes di wa group. “Ustazah, ulang tahun kan haram? Tidak ada dalam Islam.”
Saya yang baca enggak sakit hati. Enggak kesal. Enggak juga happy. Enggak juga complain. Enggak juga gusar. Enggak ada rasa. Sebodo amat.
Aku kan enggak merayakan ulang tahun dengan minum alkohol atau makan bacon steak, enggak juga pakai uang korupsi. Kalau kayak gitu baru haram. Haha.
Yang jelas, sampai kapanpun akan ada ulang tahun untuk anak, ponakan, cucu-cucu, mantu, suamiku, mertua dan staffku.
Ayo siapa yang berani menolak. Aku kasih kue lucu warna-warni dan hadiah serta kartu ucapan yang cantik. Tentu tidak berbau SARA atau politik. Tidak juga mengandung duka yang penuh dusta. Enggak ada kan?
Baca Juga: Penting Bagiku Meletakkanmu di Hatiku
Jangan Larang Aku Merayakan Ulang Tahun Anakku
Let me happy! Sebagai emak, melahirkan susah tahu. Hampir mati! Sakitnya ampun-ampunan. Apalagi melahirkan Zack yang kepalanya besar.
Si anak ke-3 yang jaraknya dengan si kakak sekitar 5 tahun. Jalan keluar baby sudah menutup hampir terkunci.
Pas sudah mau keluar sudah kerasa banget. Bahkan sempat kupegang rambut tipisnya yang sudah keluar. Eh susternya malah bilang, “Nanti Bu, itu cuma perasaan Ibu saja.”
Padahal dia masih perawan belum pernah melahirkan. Lalu pahaku ditahan, dijepit dan ditekan untuk menunggu si dokter yang lagi operasi di kamar sebelah.
Akhirnya aku meregangkan tubuh dan pura-pura menyerah. Ketika tekanan si suster melemah dan dia agak menjauh, aku teriak, “Allahu Akbar!”
Kakiku kubuka dan duar! Anakku lahir! Tanpa bantuan suster tanpa bantuan dokter.
Lalu, si dokter datang dengan santainya 5 menit kemudian. Katanya, “Oh, Bu Fifi hebat. Pandai melahirkan.”
Aku terus terang agak kesal. Lah tadi kamu ke mana saja? Pas aku lagi susah. Hampir anakku mati gara-gara menunggu kamu yang lagi sibuk di kamar sebelah.
Akhirnya aku cuma jawab, “Ya Dok, kelinci juga pandai melahirkan tanpa bantuan.”
Lemas-lemas aku masih bisa berbicara seperti itu loh. Dan malamnya aku langsung pulang naik bajaj. Kemudian enggak balik lagi.
Feeling empet karena hampir anakku mati. Sudah jelas dia mau keluar, malah ditahan. Aku kalau lewat depan RS itu trauma dan enggak mau menginjak tempat itu lagi sekalipun. Jadi ya begitulah derita seorang emak.
So, jangan larang aku merayakan ulang tahun anakku. Di situlah ada rasa cinta dan kasih sayang.
Mulai dari mengenang lahirnya dan pengorbanan emaknya serta ada tekad untuk ke depan lebih baik, hingga ungkapan rasa dan apresiasi yang enggak mungkin diucapkan pas hari Pancasila atau hari kemerdekaan kan?
Harus pas hari ulang tahun dong, ya kan?
“Happy birthday my son! Every day I thank Allah for giving me an incredible child. Thank you for being such a great son. I am truly proud of you.”
Ada apresiasi di dalamnya yang harus diungkapkan di hari lahirnya bukan di hari pahlawan. Semoga anak kita semua soleh dan menjadi pejuang umat, bangsa dan negara. Aamiin.
Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh hafidzahullahu Ta’ala berkata,
“Sesungguhnya hal itu (perayaan ulang tahun, tahun baru, dan sebagainya) adalah bid’ah yang tidak disyariatkan. Perayaan-perayaan itu hanyalah dibuat oleh manusia menurut hawa nafsu mereka.
Berbagai macam perayaan (‘id) dan apa yang terdapat di dalamnya berupa rasa senang dan gembira, termasuk dalam bab ibadah.
Maka tidak boleh mengada-adakan sesuatu apa pun di dalam ibadah, tidak (boleh) pula menetapkan dan meridhainya (tanpa ada dalil dari syariat, pen.).” (Al-Minzhaar, hlm. 19)
(Catatan Mam Fifi, Juli 2019)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D. (Oklahoma, USA)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: