KATA angin dalam bentuk rih (ريح) dan riyah (رياح) dalam Al-Qur’an ternyata berbeda maknanya. Hal itu dijelaskan oleh Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. dengan sangat detail dan juga dapat dipahami.
Al-Quran sangat akurat dalam setiap kata yang digunakan di tempat yang sesuai dan tidak bisa diganti dengan kata yang lain.
Mari kita buktikan dengan contoh. Bukan hanya fenomena alam yang menarik perhatian, tetapi fenomena Quraniyah yang mencengangkan juga patut direnungkan berbagai kemukjizatan dan keajaibannya oleh manusia.
Di antara fenomena ini, jika kita renungkan berbagai kata di dalam al-Quran dan ayat-ayatnya maka kita mendapati bahwa kata “angin” biasanya disebutkan dalam bentuk jama’ (plural) ( رياح) dan kadang disebutkan dalam bentuk mufrad (ريح)
Jika kita amati ayat-ayat al-Quran, kita dapati bahwa kata رياح dalam bentuk jama’ selalu digunakan dalam konteks kebaikan.
Sedangkan kata ريح dalam bentuk mufrad digunakan dalam konteks menghancurkan.
Baca Juga: Doa jika Angin Bertiup Kencang
Makna Kata Angin Rih dan Riyah dalam Al-Qur’an
Bisa jadi sebabnya, wallahu a’lam, karena ريح terfokus pada satu arus seperti sinar laser sehingga bisa menghancurkan.
Sedangkan رياح datang seperti cahaya biasa yang terdiri atas beberapa warna sehingga bermanfaat. Firman Allah:
وَهُوَ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖ ۗ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَقَلَّتْ سَحَا بًا ثِقَا لًا سُقْنٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَاَ نْزَلْنَا بِهِ الْمَآءَ فَاَ خْرَجْنَا بِهٖ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ ۗ كَذٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتٰى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
“Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung,
Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan.
Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-A’raf: 57)
Sedangkan angin kencang yang menghancurkan diungkapkan Allah dalam firman-Nya:
اَمْ اَمِنْتُمْ اَنْ يُّعِيْدَكُمْ فِيْهِ تَا رَةً اُخْرٰ ى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَا صِفًا مِّنَ الرِّيْحِ فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ ۙ ثُمَّ لَا تَجِدُوْا لَـكُمْ عَلَيْنَا بِهٖ تَبِيْعًا
“Ataukah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan mengembalikan kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia tiupkan angin topan kepada kamu dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu?
Kemudian kamu tidak akan mendapatkan seorang penolong pun dalam menghadapi (siksaan) Kami.” (QS. Al-Isra’: 69)
Kita hanya bisa berucap subhanallah! [ind]
Sumber: Sharia Consulting Center (SCC)