DALAM sebuah hadis, dijelaskan tentang perumpamaan mukmin dan munafik yang membaca Al-Qur’an. Dari perumpamaan ini, sudah seharusnya kita berusaha untuk masuk menjadi perumpamaan mukmin yang membaca Al-Qur’an.
Baca Juga: Kenali Zona-Zona Aman Hafalan Al-Qur’an
Perumpamaan Mukmin dan Munafik yang Membaca Al-Qur’an
Hadis Abu Musa Al-Asy’ariy:
عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
• «مَثَلُ المُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ،
• وَمَثَلُ المُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ، لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ،
• وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ،
• وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ الحَنْظَلَةِ، لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ»
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy, dia berkata: Rasulullah sholallohu ‘alaihi was sallam bersabda:
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti jeruk manis, baunya harum dan rasanya manis.
Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti buah kurma, tidak berbau (harum), tetapi rasanya manis.
Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti bunga, baunya harum tetapi rasanya pahit.
Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seumpama buah pare, tidak berbau harum dan rasanya pahit”.
(HR. Bukhari, no. 5427; Muslim, no. 797; Nasai, no. 5038; Tirmidzi, no. 2865; Ibnu Majah, no. 214; Ahmad, no. 19615, 19664; Ibnu Hibban, no. 121, 770, 771. Syaikh Al-Albani menyebutkan di dalam Ash-Shohihah, no. 3214)
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:
1. Di antara metode pengajaran Nabi sholallohu ‘alaihi was sallam adalah dengan membuat perumpamaan, sehingga lebih mudah dipahami oleh umat.
2- Keahlian dan keindahan membaca Al-Qur’an adalah amalan saleh yang menghasilkan nama baik seseorang, baik dia seorang mukmin atau munafik, seperti sesuatu yang memiliki bau yang harum.
3. Kewajiban beramal saleh, yaitu amalan yang dituntunkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan amal saleh akan dirasakan manfaatnya oleh orang lain, seperti buah yang lezat rasanya.
4. Keutamaan orang mukmin, walaupun berbeda-beda tingkatan mereka di dalam iman dan amal saleh.
5. Sebagian orang munafik ahli membaca Al-Qur’an, tetapi mereka tidak mengamalkannya.
6. Amal saleh orang munafik tidak akan diterima oleh Allah, sebab tidak ada iman, walaupun membawa nama baik di dunia.
7. Perbuatan orang munafik tidak menyenangkan orang yang beriman, seperti buah atau bunga yang pahit rasanya.
8. Kewajiban beramal saleh dengan disertai keimanan dan keikhlasan. Dan ini adalah syarat diterimanya amalan: iman, ikhlas, mengikuti tuntunan.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini.
Semoga Allah selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Semoga Allah selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju surga-Nya yang penuh kebaikan. [Cms]
Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Senin bakda Ashar, 20-Syawal-1442 H / 31-Mei-2021 M
https://t.me/bimbingansyariahx