SETELAH dengan berat hati meninggalkan Hajar dan Ismail di tanah yang gersang bahkan tak tampak ada kehidupan. Nabi Ibrahim melanjutkan perjalanan dan tiba disebuah bukit lantas ia berdoa. Doa Nabi Ibrahim setelah meninggalkan Hajar dan Ismail memiliki makna yang sangat dalam. Berikut ini akan kami paparkan.
Doa Nabi Ibrahim yang dimaksud terdapat dalam surah Ibrahim ayat 35 sampai 38:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Dua point penting dari doa di atas, yaitu tentang harapan atas nikmat rasa aman dan harapan dijauhkan anak keturunan dari kesyirikan.
Nikmat rasa aman adalah nikmat yang sangat penting bagi manusia. Rasa aman mampu membawa ketenangan untuk melakukan segala hal, termasuk beribadah dalam ketaatan kepada Allah.
Nabi Ibrahim tidak saja minta diberikan kenikmatan atas sarana hidup, ia juga minta agar anak keturunannya dijauhkan dari penyembahan berhala yang menjadi misi perjuangannya sejak muda, bahkan kepada ayahnya sendiri, Azar.
Baca Juga: Ibrahim Ayat 34, Kita Tidak Mampu Menghitung Nikmat Allah
Doa Nabi Ibrahim Setelah Meninggalkan Hajar dan Ismail
Lalu, Nabi Ibrahim melanjutkan doanya sebagaimana dalam surah Ibrahim ayat 36;
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلنَّاسِ ۖ فَمَن تَبِعَنِى فَإِنَّهُۥ مِنِّى ۖ وَمَنْ عَصَانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kekhawatiran yang sangat besar kepada kesyirikan yang dapat menimpa anak cucunya kembali ia panjatkan kepada Allah. Ini melebihi kekhawatirannya atas kemiskinan. Kesyirikan membawa dampak buruk berupa kebodohan yang dapat menghalangi cahaya kebenaran.
Jika ini terjadi tentunya kerusakan menjadi akibat dari kesyirikan tersebut. Namun, walaupun begitu, Ibrahim yang memiliki hati yang lembut lagi penyayang itu tidak memohon azab kepada mereka yang melanggar seruannya untuk menyembah Allah.
Ia juga berdoa dengan doa sebagai berikut:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur (Ibrahim ayat 37)
Saat berdoa Nabi Ibrahim menggunakan kalimat “Ya Tuhan kami” untuk menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim melibatkan Hajar dan Ismail dalam doanya.
Doa tersebut juga menunjukkan kerendah hatian serta penyerahan Ibrahim dihadapan Allah dengan kalimatnya “Aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman.”
Kalimat ini bukan untuk memberitahukan kepada Allah karena tentunya Allah sudah tahu dan lebih tahu, namun untuk menunjukkan kelemahan dirinya. Semakin merendah dan lemah kita dihadapan Allah maka lebih disukai oleh Allah. Seorang hamba menjadi sangat bergantung dan berharap dengan jawaban doa dari Allah, serta ia merasa tidak berdaya tanpa Allah.
Lalu Nabi Ibrahim juga menggunakan kalimat “sebagian keturunanku” padahal ia baru memiliki seorang anak, yaitu Ismail. Nabi Ibrahim ingin menunjukkan rasa optimisme bahwa kelak Allah akan menganugerahkan kepadanya keturunan lainnya.
Nabi Ibrahim tidak mendoakan anak keturunannya supaya diberi kekuatan dan kekayaan namun lebih dari itu ia berharap mereka dapat mendirikan shalat sebagai salah satu bentuk ketaatan, sebagaimana dalam doanya “agar mereka mendirikan shalat.”
Juga meminta kepada Allah dengan “beri rezekilah mereka dari buah-buahan”, buah adalah lambang kemakmuran. Jika buah mudah didapatkan artinya makanan pokok sudah lebih dahulu terpenuhi.
Doa Nabi Ibrahim ini sangatlah dalam, ia memikirkan jauh kedepan untuk kebaikan spiritual anak keturunannya, kebutuhan fisiknya serta kehidupan mereka.
Tanpa ketaqwaan negeri Mekkah tidak akan pernah aman, tanpa kebutuhan fisik yang terpenuhi akan mendekatkan seseorang pada kekufuran disebebkan kelaparan. Demikianlah ia berdoa kepada Allah agar anak keturunannya bisa menjadi hamba yang bersyukur. [Ln]