HIDUP ini seperti kesibukan mencari sesuatu. Kadang di tengah kesibukan hidup itu, kita bingung apa sebenarnya yang dicari.
Hidup itu seperti kesibukan mencari sesuatu. Apa saja, tergantung keadaan diri orang itu sendiri.
Ada yang sibuk mencari uang. Mereka juga menyebutnya dengan istilah mencari makan. Mungkin kesibukan ini paling banyak di kehidupan manusia.
Pagi, siang, malam, seperti tak pernah jeda untuk selain mencari uang. Bisa dibilang, lebih dari separuh usia dewasa habis untuk kesibukan dasar ini.
Sebegitu sibuknya sampai-sampai tak ada waktu untuk menikmati yang dicari itu. Kecuali ketika usia sudah tidak muda lagi. Atau, ketika fasilitas organ untuk menikmati tidak lagi berfungsi sempurna.
Ada yang sibuk mencari gengsi. Orang juga menyebutnya dengan status diri. Seperti status sebagai warga yang dihormati, status sebagai pengusaha sukses, pejabat tinggi, pakar, dan lainnya.
Ia seolah ingin agar orang memandangnya dengan mendongak. Dan ketika memandang orang lain, ia cukup dengan melirik ke bawah.
Ada juga yang sibuk mencari jodoh. Ini mungkin spesifik untuk para lajang. Meskipun sebagian yang tidak lagi lajang pun masih tetap aktif dalam kesibukan ini.
Kegiatannya didominasi dengan memperindah diri. Mulai dari wajah, busana, perilaku ‘kulit’, dan gaya penampilan.
Secara naluri kesibukan ini bukan didominasi mereka yang punya modal cukup dalam penampilan, seperti wajah menawan. Karena secara fitrah, setiap orang merasa yakin dengan keutuhan dirinya.
Sayangnya, tidak semua yang menekuni kesibukan ini akhirnya selesai ketika sudah meraih jodoh. Tapi, terus berlanjut hingga fisik tak lagi pantas untuk dipoles dan dikemas.
Ada yang sibuk mencari kepuasan hobi. Seperti, hobi traveling, kuliner, hewan atau tanaman eksotik, dan lainnya.
Baginya, hobi merupakan nilai hidup itu sendiri. Satu jam tanpa “berendam” di dunia hobi seperti hidup tanpa arti. Begitu kosong.
Namun, ada pencarian yang nilainya jauh lebih mahal dari hidup itu sendiri. Yaitu, kesibukan mencari ridha Allah subhanahu wata’ala.
Apa saja yang bisa dimanfaatkan dan dikapitalkan untuk mendapat ridha Allah, ia upayakan. Seperti nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Janganlah engkau remehkan kebaikan meskipun hanya bersedekah dengan sebutir kurma.”
Dalam nasihat lain, Nabi juga mengajarkan agar bisa meraih ridha Allah meskipun hanya dengan berwajah ‘manis’ di hadapan orang beriman.
Tapi, pencarian ini bukan kesibukan sembarangan. Ini hanya dilakukan oleh mereka yang memahami tentang makna hidup ini.
Sebuah kesibukan, yang pernah dilakukan para Nabi dan Rasul, para sahabat Nabi, tabi’in, dan salafus soleh.
Meskipun demi untuk meraih itu, mereka merelakan apa yang mereka miliki selama ini. Termasuk, merelakan nyawa. [Mh]