STUDI yang dilakukan dari 400 ribu unggahan di platform media sosial menunjukkan bahwa 50 persen pesepakbola alami diskriminasi.
Studi itu menggunakan kecerdasan buatan selama semifinal dan final Euro 2020 dan Piala Afrika 2021.
Presiden Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) Gianni Infantino mengatakan bahwa diskriminasi tidak memiliki tempat dalam sepakbola.
“Segala bentuk diskriminasi tidak memiliki tempat dalam sepak bola,” kata Presiden FIFA Gianni Infantino.
Lebih dari separuh pemain sepak bola yang bermain di Kejuaraan Eropa dan Piala Afrika menderita pelecehan online, sebuah penelitian yang diterbitkan oleh FIFA mengungkapkan pada hari Sabtu (18/6/).
Sebagian besar pelecehan datang dari penggemar negara asal para pemain.
Baca Juga: Muslimah Prancis Berjuang Akhiri Diskriminasi Jilbab dalam Olahraga
Studi Menunjukkan 50 Persen Pesepakbola Alami Diskriminasi
“Komentar homofobia (40 persen) dan rasis (38 persen) memberikan mayoritas pelecehan,” kata laporan independen yang diterbitkan bertepatan dengan Hari Internasional PBB untuk Melawan Ujaran Kebencian.
Dilansir dari trtworld, FIFA mengatakan, Piala Dunia di Qatar akan digelar lima bulan lagi, mereka akan bekerja dengan serikat pemain FIFPRO untuk menerapkan rencana tentang bagaimana melindungi pemain dari penyalahgunaan di media sosial.
Studi ini juga akan melibatkan pemindaian istilah ujaran kebencian yang diakui yang dipublikasikan ke akun media sosial yang teridentifikasi.
Dan setelah terdeteksi, mencegah komentar tersebut dilihat oleh penerima dan pengikutnya.
“Meskipun pesan yang menyinggung tetap terlihat oleh orang yang awalnya membuat komentar, visibilitas dan jangkauannya akan berkurang secara signifikan,” kata FIFA.
Diskriminasi tidak memiliki tempat dalam sepak bola
Pemain Inggris Marcus Rashford, Bukayo Saka dan Jadon Sancho semuanya menjadi sasaran online menyusul kegagalan penalti mereka di final Euro 2020.
Hal itu menyebabkan seruan luas untuk tindakan keras terhadap pelecehan rasis di media sosial.
Seorang remaja dijatuhi hukuman penjara enam minggu karena melecehkan Rashford di Twitter setelah kalah dari Italia.
“Tugas kami adalah melindungi sepakbola, dan itu dimulai dengan para pemain yang membawa begitu banyak kegembiraan dan kebahagiaan bagi kita semua dengan eksploitasi mereka di lapangan permainan,” kata Presiden FIFA Gianni Infantino.
Ia menyayangkan ejekan dan segala macam diskriminasi tersebut yang ditujukan kepada para pemain, pelatih, dan ofisial pertandingan.
“Sayangnya, ada tren yang berkembang di mana persentase postingan di saluran media sosial yang ditujukan kepada pemain, pelatih, ofisial pertandingan, dan tim itu sendiri tidak dapat diterima, dan bentuk diskriminasi ini — seperti segala bentuk diskriminasi — tidak memiliki tempat dalam sepak bola,” tutupnya.[ind]