Kunci keberhasilan peradaban suatu umat adalah adanya persatuan di antara mereka. Persatuan akan membentuk kerjasama, pemahaman, sinergi, kepedulian dan kekuatan positif lainnya untuk membangun kesejahteraan umat. Persatuan yang seperti ini, tidak akan bisa dibeli dengan kekayaan yang melimpah. Allah berfirman dalam surah Al-Anfal ayat 63:
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
Mempersatukan hati bukanlah masalah uang, karena uang tidak bisa memberikan kebahagiaan sejati.
Baca Juga: Al-Anfal Ayat 53, Hilangnya Nikmat Karena Ulah Manusia Sendiri
Al-Anfal Ayat 63, Persatuan Umat Tidak Bisa Dibeli dengan Kekayaan
Dalam kitab Tafsir Asy-Sya’rawi, di antara manusia setidaknya ada dua hubungan, yaitu hubungan yang dikaitkan dengan kepentingan dan hubungan yang dikaitkan dengan hati.
Hubungan kepentingan akan berakhir saat kepentingan di antara mereka telah berakhir atau terjadi konflik. Namun hubungan hati, akan tetap bertahan meskipun badai konfllik menerpa di antara mereka.
Kita tidak bisa membuat seseorang mencintai kita dengan tulus meskipun kita telah memberi mereka harta yang melimpah. Cinta sejati tidak bisa diperjual belikan, yang bisa diperjual belikan justru kemunafikan, kepura-puraan, dan kebencian.
Demikian pula hubungan iman akan selalu membawa kedamaian, sebagaimana suku Aus dan Khazraj, sebelum mengenal Islam, mereka adalah kaum yang selalu bermusuhan.
Jika salah seorang dari suku Aus, misalnya, mencaci maki seseorang dari suku Khazraj maka peperangan bisa terjadi di antara ke dua suku tersebut.
Namun, setelah dakwah Islam menghampiri mereka, pertengkaran seperti itu tidak terjadi lagi. Yang dulunya musuh menjadi saudara, yang dulunya saling berbenturan menjadi saling mengasihi.
Persaudaraan mereka ini terjadi karena Allah yang menyatukan mereka dengan iman di hati, perbuatan, dan cara hidup mereka. Persaudaran iman ini lebih kuat daripada persaudaraan senasab atau sesuku.
Hati adalah sumber niat yang akan diikuti oleh perbuatan. Ia akan menggerakkan dan mendorongmu melakukan suatu perbuatan.
Jika kamu menemukan seseorang yang bermuka masam padamu maka itu artinya di hatinya ada sesuatu. Atau jika ia mencoba memukulmu, maka di hatinya pula ada sesuatu. Lebih parah lagi, jika ia bermaksud membunuhmu, maka di hatinya kemarahan dan kebencian telah sangat memuncak.
Sumber segala keyakinan ada di hati. Kita bisa menyaksikan orang-orang yang mengorbankan segalanya termasuk mengorbankan harta dan kebebasannya untuk meyakini apa yang ada di hatinya.
Sebagai contoh para Ulama ataupun Ilmuwan yang hidup bertahun-tahun lamanya dan mengharamkan bagi dirinya sendiri kesenangan duniawi karena ilmu telah menjelma menjadi keyakinan yang menancap di hatinya. Keyakinan dan niat yang menancap di hatinya itulah lebih kuat dari pada apa yang ada dunia ini.
Suku Aus dan Kazraj yang telah dipersatukan hatinya oleh Allah, sebelumnya memang tidak terlalu peduli dengan harta, karena kebanyakan dari mereka memiliki kekayaan. Namun mereka lebih mementingkan fanatik kesukuan yang membuat hati mereka dipenuhi kebencian, dengki, dan dendam.
Maka dari itu, pentingnya kita untuk selalu meminta diteguhkan hati dengan iman, agar persaudaraan di antara umat Islampun juga semakin kuat.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Ya Muqallibal qulubi tsabbit qalbi ‘ala dinika.”
Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu.
[Ln]