GENERASI sahabat Rasulullah merupakan generasi terbaik. Banyak kisah teladan yang bisa dipetik dari mereka.
Di antara kisah teladan itu dari Abu Bakar Ash-shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Saat itu, Rasulullah menanyakan kepada para sahabat yang sedang berkumpul.
“Siapakah di antara kalian yang hari ini puasa?” tanya Rasul.
“Saya,” ucap Abu Bakar.
Rasulullah bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari mengantarkan jenazah (ke pemakaman)?”
“Saya,” ucap Abu Bakar.
“Siapa di antara kalian yang hari ini memberikan makan kepada orang miskin?” tanya Rasul lagi.
“Saya,” jawab Abu Bakar.
“Siapa di antara kalian yang hari menjenguk orang sakit?” tanya Rasul lagi.
“Saya,” jawab Abu Bakar lagi.
Kemudian Nabi mengatakan, Tidaklah semua amalan itu berkumpul dalam diri seseorang kecuali ia akan masuk surga. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Di kisah lain, ada seorang sahabat bernama ‘Amr bin Jamuh radhiyallahu ‘anhu. Ia sudah tua dan kakinya pincang. ‘Amr punya empat anak yang semuanya sudah menjadi pemuda.
Ketika akan ada Perang Uhud, keempat puteranya mengatakan bahwa ayahnya tidak usah ikut berjihad. Merekalah yang akan berangkat.
“Ayah sudah uzur. Jihad sudah tidak wajib lagi buat ayah,” ucap mereka.
‘Amar begitu sedih. Ia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia meminta izin kepada Rasul untuk bisa ikut berjihad. “Ya Rasulullah, aku ingin sekali syahid dalam jihad bersamamu,” ucapnya.
Rasulullah mengajak ‘Amr untuk ikut serta dalam Perang Uhud. Dalam jihad itu, ‘Amr bin Jamuh terkabulkan harapannya. Ia syahid bersama 70-an sahabat lain.
‘Amr bin Jamuh, meskipun tua dan dengan kaki pincang, tidak mau kalah dengan generasi muda. Ia tetap bersemangat dalam fastabiqul khairat, berlomba dalam kebaikan.
**
Peluang amal kebaikan tidak akan pernah hilang hingga hari kiamat. Termasuk di zaman kita saat ini.
Semua tergantung kita dalam memposisikan diri. Apakah kita ingin selalu terdepan dan terbaik dalam amal kebaikan, atau selalu “mengalah” dan puas hanya di barisan belakang. [Mh]