Dikala kaum muslimin berperang melawan pasukan Persia dan Romawi, begitu juga ketika menghadapi pasukan kaum murtad, Ammar bin Yasir selalu berada di barisan depan, sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dengan tebasan pedangnya yang tak pernah meleset. Ia juga seorang mukmin yang shalih dan mulia. Tidak satu pun yang dapat menghalanginnya dalam mencapai ridha Allah.
Baca Juga Artikel Sebelumnya: Ammar bin Yasir (4) – Keimanan Yang Kuat Hingga Tulang
Ketika Khalifah Umar memilih calon-calon gubernur, dengan sangat mantap ia memilih ‘Ammar bin Yasir. Ia mengangkatnya sebagai gubernur Kufah, dan Ibnu Mas’ud sebagai penanggung jawab kas wilayah.
Khalifah Umar menulis pesan kepada para penduduk Kufah, mengabarkan berita gembira dengan terpilihnya ‘Ammar sebagai gubernur mereka, “Aku kirim kepada kalian ‘Ammar bin Yasir sebagai gubernur, dan Ibnu Mas’ud sebagai pembimbing dan teman. Mereka berdua adalah orang-orang pilihan dari generasi sahabat Muhammad dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar.”
Ammar bin Yasir (5) – Menjadi Gubernur Kufah
Sistem pemerintahan yang dijalankan ‘Ammar ternyata mempersulit gerak orang-orang yang rakus terhadap dunia hingga mereka bersekongkol untuk membunuh ‘Ammar.
Ternyata, kekuasaan semakin mempertebal sikap tawadhu’. Keshalihan, dan kezuhudannya.
Ibnu Abi Hudzail, satu dari orang-orang yang hidup di masa pemerintahan’ Ammar, bercerita, “Aku melihat dengan mata kepalaku, ‘Ammar bin Yasir yang saat itu adalah gubernur Kufah, membeli sayuran di pasar lalu mengikatnya dengan tali, memikulnya di atas punggung, dan membawannya pulang.”
Pernah suatu kali, ada seorang rakyat yang belum mengenalnya, memanggilnya dengan menyebut, “Hai kamu yang telingannya terpotong!” Telinga ‘Ammar memang terpotong oleh pedang musuh saat berperang melawan orang-orang murtad.
Ammar tidak marah. Ia hanya menjawab, “Yang kamu cela adalah telingaku yang terbaik, ia terpotong ketika aku berperang membela agama Allah.”
Memang, telingannya terpotong di medan tempur Yamamah. Di medan tempur itu, satu lagi lembaran gemilang ‘Ammar terukir. Ia bergerak ke sana kemari dengan cepat, mengobrak-abrik pasukan Musailamah, bagaikan angin topan yang merabut pepohonan.
Jika pasukan Islam terlihat melemah, ia berteriak dengan suaranya yang lantang dan mengetarkan, memberi semangat. Semangat pasukan Islam tumbuh kembali, lalu mereka bersama-sama menerjang musuh.
Abdullah bin Umar ra. menceritakan, ‘Wahai Perang Yamamah aku melihat ‘Ammar sedang berada di atas batu. Ia berdiri sambil berseru, ‘Hai kaum muslimin, apakah kalian hendak lari dari surga? Ini aku, ‘Ammar bin Yasir, kemarilah. ‘Ketika aku memandangnya, kulihat satu telinganya telah putus, dan ia terus berperang dengan gagah.”
Wahai kalian yang masih meragukan kebesaran Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, seorang Rasul dan guru yang sempurna, lihatlah para pengikut dan sahabatnya ini. Tanyakan kepada diri kalian, “Siapakah yang mampu mencetak generasi seperti ini, selain seorang Rasul mulia dan guru terbaik?
Jika mereka di medan perang, mereka bertempur dengan gagah berani, karena yang dicari adalah kesyahidan, bukan kemenangan.
Jika mereka di kursi khalifah, mereka tetap memerah susu untuk para janda dan membuat roti untuk anak yatim. Itulah yang dilakukan Abu Bakar dan Umar.
Jika mereka di kursi gubernur, mereka memikul sendiri belanjaan mereka. Itulah yang dilakukan ‘Ammar atau tidak mengambil sedikit pun dari gaji mereka, sedangkan untuk mencukupi kebutuhannya dan keluargannya, ia membuat keranjang dan dijual. Itulah yang dilakukan Salman.
Marilah kita tundukkan kepala, memberi hormat kepada agama yang telah mencetak mereka, Rasulullah yang mendidik mereka, dan sebelum itu semua, kepada Allah yang Maha Agung yang telah memberi hidayah kepada mereka, dan memilih mereka sebagai teladan bagi umat terbaik.
Bersambung… Ammar bin Yasir (6): Mukjizat Rasulullah Akan Kematian Amar[Ln]