Chanelmuslim.com – Ammar bin Yasir (6): Mukjizat Rasulullah Akan Kematian ‘Amar
Ketika itu, Hudzaifah bin Yaman, sang ahli membaca rahasia dan isi hati, bersiap menghadap Tuhannya. Sahabat-sahabatnya yang berada di sana bertanya, “Siapa yang harus kami ikuti, jika terjadi perselisihan.”
Hudzaifah menjawab, “Ikutilah putra Sumayyah. Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran.”
Benar. ‘Ammar akan selalu mengikuti kebenaran, ke mana pun kebenaran itu bergerak dan sekarang, saat kita menelusuri jejak langkahnya dan menyelidiki peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kehidupannya, marilah kita mendekat ke satu peristiwa besar.
Ammar bin Yasir (6): Mukjizat Rasulullah Akan Kematian ‘Amar
Namun, sebelum kita berhadapan dengan peristiwa yang mempesona dan amat mengharumkan itu, baik tentang keutamaan dan kesempurnaannya, tentang kemampuan dan keunggulannya, maupun tentang kegigihan dan kesungguhannya, marilah kita perhatikan terlebih dahulu satu peristiwa lain yang terjadi sebelumnya, yang mengisyaratkan peristiwa besar itu.
Hal itu terjadi tidak lama setelah kaum muslimin menetap di Madinah. Saat itu, Rasulullah dan para sahabat bergotong-royong membangung masjid. Hari mereka dipenuhi kegembiraan dan rasa syukur kepada Allah. Semuanya bekerja dengan riang gembira. Ada yang mengangkat batu, mengaduk pasir dan menata bata. Sekelompok di sini dan sekelompok lagi di sana. Nyanyian bahagia bergema di mana-mana.
“Jika kita hanya duduk berpangku tangan
sementara Nabi sibuk bekerja
Sikap kita adalah sikap salah.”
Inilah nyanyian yang terus mereka dendangkan, diikuti dengan nyanyian lain,
“Ya Allah, hidup sejati di kehidupan akhirat
Kepadamu kaum Anshar dan Mujahirin, mohon limpahkan rahmat.”
Kemudian diikuti nyanyian ketiga,
“Sungguh mulia orang yang memakmurkan masjid
Duduk atau berdiri, semua bernilai ibadah
Sungguh berbeda dengan orang yang menghindari masjid.”
Mereka bagaikan lebah pekerja. Mereka adalah tentara Allah yang mengibarkan panji-Nya dan mendirikan rumah-Nya.
Rasulullah yang agung dan terpercaya tidak membiarkan mereka bekerja sendiri. Beliau turut mengangkat batu yang paling berat dan melanjutkan pekerjaan yang paling sukar. Sementara alunan nyanyian mereka melukiskan kegembiraan hati yang tulus dan pasrah. Langit seakan iri kepada bumi tempat orang-orang ini berpijak. Pendeknya, semua unsur kehidupan sedang bergembira merayakan hari paling bersejarah.
Dan ‘Ammar bin Yasir berada di tengah mereka. Ia mengangkat batu besar dari tempat pengambilannya, lalu diletakan pada posisi yang tepat.
Muhammad Rasulullah yang hatinya penuh rahmat melihat kiprah ‘Ammar. Beliau mendekatinya. Debu yang ada di kepalannya, dibersihkan dengan tangan beliau yang penuh berkah. Setelah beberapa saat menatap wajahnya, beliau berseru di hadapan para sahabat, “Inilah putra Sumayyah. Dia akan tewas di tangan pemberontak.”
Kabar mukzijat ini pernah diulang oleh Rasulullah. Yakni ketika dinding di atas ‘Ammar bekerja, roboh. Rekan-rekan kerjanya mengira bahwa ‘Ammar telah mati. Kaum muslimin pun terkejut dengan berita kematian itu. Namun dengan tenang dan menatap, Rasulullah bersabda, ‘Ammar belum mati. Dia akan mati dibunuh oleh kelompok pemberontak.”
Lantas, siapakah kelompok ini?
Kapan dan di mana peristiwa itu akan terjadi?
Amar sangat mempercayai kabar mukjizat yang disabdakan Rasululullah. Dan ia sama sekali tidak takut, karena sejak masuk Islam, ia sudah siap syahid kapan saja.
Bersambung… Ammar bin Yasir (7) – Amar Berperang Melawan Pemberontak Khalifah Ali