Chanelmuslim.com – Terus terang kadang suka dengar orang bilang “dasar China,” kalau penjualnya pelit dan cemberut. Ungkapan yang gak perlu sebenarnya. Tapi senang banget kalau beli apa apa yang jual tuh enci-enci China yang ramah dan rame, seperti penjual ongol ongol di pasar Cideng, rasanya betah dan pingin balik dan balik lagi. Bergaul dengan etnis China adalah hal yang aku sukai.
Buat aku teman-teman Chinaku baik baik banget, setia, lucu dan aku bisa ngomong apa aja yang nyakitin sekalipun. Aku juga suka makanan China; coypan, bacang, mie ayam, semua yang enak-enak yang bikin aku suka nunda diet ke hari berikut karena ketemu makanan kek gini. Waktu aku ke China aku juga suka banget dan kagum dengan jalan raya yang lebar lebar dan kehebatan akrobatiknya.
Baca Juga: China Izinkan Pasangan Punya Anak ke-3 di Tengah Krisis Demografi
China di Mataku
Belum lagi penjual yang gigih gila-gilaan jualan dari 500 yuan jadi 35 yuan, discount habis! Aku gak melihat sisi buruk dari China, mereka pinter, creative dan tangguh. China memang minoritas dan sudah puluhan tahun kan bersanding nyaman dengan pribumi di negeri tercinta kita ini. Namun akhir-akhir ini ada yang menghembus-hembus agar kita benci China. Padahal selama ini kita hidup bertetangga dan berteman baik baik, semua main salah-salahan, bahkan terakhir nuduh Habib Rizieq radikal dan bakalan ganyang China kalau Ahok menang. Aku sendiri gak pernah melihat atau mendengar dari pribumi manapun hal yang kayak gitu.
Timses Anis juga gak pernah ngomong kayak gitu, makanya ketika ada video kampanye Ahok dengan cuplikan kerusuhan 98 dan ada tulisan Ganyang China, aku yakin itu cuma provokasi saja. Yang salah yang bikin video itu, menggunakan issue ras sebagai bahan berpolitik. Ahok perlu cermat memilih anak buah. Isue ras tuh gak usah dijadikan sumbu pendek untuk kita saling membenci, selama ini baik baik aja kok, bahkan dengan tetangga China yang beragama Kristen dimana mereka pada hari Jum’at ini ada perayaan agama mereka – aku minjamin tuh lapangan sekolahanku untuk parkiran mereka. Bahkan satpam sekolahanku aku suruh bantu jaga mobil-mobil mereka, toh anak anak sekolah libur. Juga ketika aku ada acara tablig akbar Ustad Hidayat Nurwahid, mobil-mobil parents
Jisc juga pinjam lapangan gereja dan bengkel kokoh Sugi (etnis China di ujung jalan situ). Pada realitanya, kita semua baik-baik saja dan bersahabat serta bergaul dengan mesra. Laluuuu … Siapa yang provokasi ini itu? Maka dialah yang harus di “perhatikan kalau perlu diganyang” hehe… ganyang tuh diapain sih? beda sama di uwel-uwel ya? Menurutku, yang penting jangan gunakan ras atau etnis untuk langgengkan kekuasaan atau merebut kekuasaan, sampai kapanpun kaum minoritas itu agak sulit memerintah, di seluruh dunia kayak gitu, pasti ribut. Logikanya Islam di Australia, apa bisa Muslim sebagai minoritas jadi penguasa di Australia? Itu yang harus dipikirkan, bule pasti ngamuk la kalau muslim jadi perdana mentri dan ngatur-ngatur bule dengan kemudian menutup penjualan bir yang sudah jadi makanan sehari hari mereka. Miisalnya kemudian langsung keluar Perda tanpa cerita, tanpa kata-kata, apa kata si bule?
Jadi, kalau kaum minoritas memerintah mayoritas mungkin bisa saja, tapi agak sulit di terima, ini menurutku ya. Itu masalahnya, apalagi kalau menyinggung agama dan memaksakan kehendak atau melarang kebiasaan yang berlaku. Seperti takbiran di malam lebaran -ahh kan cuma setahun sekali biarkanlah- begitupula kalau Imlek ada barongsay di jalanan dan bikin rame, biarkanlah, seruu malah. Yang bener tuh kayak di Malaysia, ada 3 etnis tapi gak ribut dan bekerjasama tidak saling menguasai dan yang etnis China dan India juga gak pernah menghina ras Melayu. Dan juga gak ada adegan pingin jadi penguasa di negeri itu.
Semua mengakui cinta negeri dan semua wajib kerjasama. Gak usah gontok-gontokan, gak usah ganyang-ganyangan, gak usah kobarkan api kebencian. Itu aja sih, tulisan ibu-ibu berbaju ungu bukan grup emak-emak berdaster…loh yaaa…