AKHIRNYA bisa pulang kampung lagi. Sebuah tradisi turun-temurun yang sarat makna kembali bisa dirasakan umat Islam Indonesia.
Meski pandemi belum sepenuhnya usai, tradisi pulang kampung sudah bisa dilakukan lagi. Hal ini disambut antusias masyarakat dari berbagai kalangan.
Sedemikian antusiasnya, bahkan prediksi arus mudik tahun ini menyentuh angka 85 juta orang. Sebuah angka yang begitu fantastis. Bisa dibilang, mudik saat ini sebagai ‘Mudik Akbar’.
Pola arus mudiknya kian meluas tidak hanya ke arah timur pulau Jawa. Ada yang dengan pesawat ke arah berbagai pulau di Indonesia.
Sayangnya, sarana penyeberangan antar pulau masih belum bisa mengikuti jumlah peserta mudik. Inilah salah satu titik ketidaknyamanan perjalanan mudik saat ini.
Titik lainnya adalah rest area di jalan-jalan tol. Karena jumlah kendaraan yang begitu banyak, daya tampung rest area menjadi sangat tidak memadai. Padahal di hari-hari normal, daya tampung itu sangat memadai.
Soal rest area ini jangan dianggap sepele. Jika sarana penghubung jalan antar kota dan provinsi sudah serba tol, maka hanya rest area yang bisa memanusiawikan para pengendara.
Di tempat itu, pengendara dan penumpang bisa istirahat sejenak, makan dan minum, kebutuhan toilet, shalat, bahan bakar kendaraan, dan lainnya. Tidak mungkin semua kebutuhan itu dipenuhi kecuali hanya di rest area.
Lalu, bayangkan jika jutaan kendaraan secara bersamaan menuju arah yang sama, maka rest area menjadi pilihan utama selain lokasi pulkam itu sendiri.
Karena begitu padatnya, pihak jalan tol bahkan mengumumkan pembatasan penggunaan rest area. Tidak lebih dari 30 menit.
Namun masalahnya, bagaimana menjalankan kebijakan ini di lapangan. Suasana yang semrawut tentu sangat sulit untuk dilakukan pengawasan dan pengetatan.
Namun begitu, bagi sebagian besar pemudik, problematika ini sudah menjadi lumrah. Seolah hal itu seperti dinamika yang kian menambah kaya khazanah kenangan perjalanan mudik.
Soal oleh-oleh yang minim? Itu pun kini menjadi perkara lain. Insya Allah, sanak kerabat di kampung memaklumi keadaan itu. Yang penting, bisa melepas rindu dengan kampung halaman. [Mh]