USTAZAH Aan Rohanah menjelaskan bahwa sebagai orang tua harus dapat membentuk anak untuk berjiwa sehat, karena hal tersebut adalah fondasi.
Sebab keluarga harus menjadi tempat yang tepat dan kondusif untuk memberikan pendidikan terbaik kepada anak.
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّن بُيُوتِكُمْ سَكَنًا
“Dan Allah menjadikan bagimu ketenangan dari rumah-rumahmu.” (An-Nahl : 80).
Membentuk anak berjiwa sehat sangat penting, karena jiwa yang sehat menjadi fondasi bagi perkembangan mental, sosial, dan spiritual anak.
Bahkan menjaga kesehatan jiwa sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
Anak yang berjiwa sehat dapat merasakan suasana rumah yang aman, hangat penuh kasih sayang dan cinta.
Sehingga anak senang tinggal di rumah bersama keluarga. Juga anak bisa berintetaksi dengan baik, bisa belajar kepada orang tua dengan senang hati, mendengar nasihat dan bimbingan serta belajar kepada prilaku keteladanan mereka. Selain itu, anak bisa mengekspresikan emosi dengan tepat.
Jiwa yang sehat akan membantu perkembangan kepribadian anak menjadi baik secara spritual, moral, mental, intelektual dan sosial.
Membentuk Anak Berjiwa Sehat (1)
Sehingga lebih mudah untuk membentuk anak berkepribadian baik, terampil, mandiri dan benar-benar cerdas.
Sebaliknya anak yang tidak berjiwa sehat akan banyak masalah dalam kepribadiannya.
Mentalnya menjadi lemah, batinnya terluka, minder, mudah cemas, jiwa yang labil, emosi yang tidak terkendali, semangat belajar rendah, dan berdampak buruk pada akhlak, prilaku dan prestasi akademiknya.
Baca juga: Membentuk Anak yang Cerdas (Part 1)
Adapun cara membentuk anak berjiwa sehat sebagai berikut:
1. Memberikan kasih sayang dan cinta yang tulus, sehingga anak merasa nyaman dan tenang.
2. Menguatkan hati dengan iman, takwa dan ibadah sehingga bisa berjiwa sehat dan menjadi pribadi yang baik.
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ. أَلاَ وَهِىَ الْقَلْب
“Ingtlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh jasadnya. Ingatlah dia itu hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).[Sdz]