ChanelMuslim.com – Budaya Prank
Sahabat sahabat yang selalu dirahmati Allah.
Biasa ya dalam persahabatan yang akrab akan ada canda tawa.
Mulai dari obrolan yang flat, yang disembunyikan, yang mengejutkan, atau yang menimbulkan kejengkelan.
Sebagai sahabat sejati, biasanya akan ada ruang maaf yang luas, sehingga persahabatan bisa abadi.
Hanya memang perlu ditelisik trend belakangan ini yang dilakukan sebagian orang.
Baca Juga: Islam dan Budaya
Budaya Prank
Ada ‘bohong’ tapi ‘hanya bercanda’, atau “menipu tapi canda doang” yang disebut “Prank”.
Prank adalah aktivitas “ngerjain orang” atau jail. Sampai orang yang dikerjain bingung, marah, kesal, bahkan menangis.
Apakah kita sebagai muslim terkena wabah nge “prank”?
Jawabannya tidak lain, “ya”.
Terbukti dari seorang youtuber yang bikin video dengan subcriber 1,7 juta orang dan sangat berharap meningkat hingga 5 juta. Sebelum dia mulai aksinya, dia berdo’a, dimulai dengan Basmalah.
Ini salah kaprah.
Mencampuradukkan yang benar (ucapan Basmalah dan do’a) dengan suatu hal yang salah (prank).
وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَٰطِلِ وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.
(QS. Al-Baqarah, Ayat 42).
Kenapa Prank adalah kegiatan yang salah?
Ya karena asal muasal sejarah per “prank” an itu terinspirasi dari “april mop”.
Pada setiap tanggal 1 April di Eropa ada budaya bahwa orang dianggap boleh berbohong atau memberi lelucon kepada orang lain tanpa dianggap bersalah.
April mop ditandai dengan tipu-menipu dan lelucon lainnya terhadap
keluarga , musuh,kawan bahkan tetangga dengan tujuan mempermalukan orang-orang yang mudah ditipu.
Rasulullah tentu melarang orang berdusta meski bercanda.
Beliau memperingatkan dengan keras akan larangan berdusta dalam bercanda.
Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
“Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Sebaliknya, seorang yang menghindari dusta meski dalam bercanda, kelak mendapat balasan surga.
Rasulullah bersabda,
“Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).
Sebagian orang mungkin mengira tanpa bercanda ala prank, maka suasana akan garing dan persahabatan bisa hampa. Tak ada kesan.
Padahal Nabi membolehkan bercanda dan tertawa, hanya secukupnya saja.
Ya kira kira tertawa dalam candaan kita tidak sepanjang durasi obrolan dengan sahabat. Atau tidak sebanyak banyaknya sampai lupa waktu.
Menurut saya, bercanda itu ibarat garam dalam masakan. Perlu tapi sesuai takaran. Takarlah canda tawa kita.
Meski bercanda dibolehkan, Rasulullah tetap mengingatkan umatnya agar tak terlalu banyak tertawa.
Nabiyullah bersabda, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah).
Jadi, apakah kita tetap bisa bahagia dengan tawa lepas saat bersama sahabat tanpa “berbohong?”.
Bisa.
Lantaran tertawa dan menangis adalah rezki dari Allah.
وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضۡحَكَ وَأَبۡكَىٰ
dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
( QS. An-Najm, Ayat 43).
Bahkan dalam pembelajaran yang serius atau rapat rapat padat agenda, Allah bisa memberikan hiburan dengan tawa tawa diantara mereka. Asalkan mereka memulai semua pertemuan dengan Basmalah dan tilawah.
Bercanda tidaklah dilakukan setiap saat dan setiap waktu, serta tidaklah dilakukan dengan tujuan tertentu kecuali untuk menghilangkan penat, bosan, lesu, lemas, dan semisalnya.
Jadi, lakukan candaan hanya untuk menyegarkan dan memberikan semangat.
Hindari bercanda dusta di tempat-tempat serius seperti majelis ilmu, majelis hakim atau pengadilan, majelis penguasa, dan acara serius lain.
Dan tidak bercanda dengan menyembunyikan barang seseorang.
Rasulullah bersabda,
“Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Dan terakhir, jangan bercanda dusta atau nge “prank” ke orang yang tidak suka dengan candaan. Khususnya para ulama, atau kyai, atau Ustadz Ustadzah. Karena hanya mengundang suasana menjadi tidak nyaman.
Oke?
Catatan Ustazah Kingkin Anida di akun Facebooknya pada 21 September 2019 pukul 18.12