KOTA Madinah menjadi ibukota pertama negara Islam yang dibangun oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Kurang lebih sepuluh tahun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hidup di kota ini. Dengan bimbingan wahyu dari Allah dan sentuhan pembinaan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lahirlah generasi terbaik umat ini.
Mereka adalah para sahabat alumni madrasah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berilmu, berbudi pekerti luhur, sangat cinta, patuh, dan rela berkorban untuk Allah dan RasulNya.
Baca juga: Madinah, Kota Suci Kedua Umat Islam
Kota Madinah Menjadi IbuKota Pertama Negara Islam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku [para sahabat] kemudian generasi berikutnya [tabi’in] kemudian generasi berikutnya lagi [tabiu’t tabi’in],” [HR. Bukhari dan Muslim].
Abdullah bin Mas’ud juga berkata, “Mereka adalah sebaik-baik umat ini, paling baik hatinya, paling dalam ilmunya dan paling sedikit bebannya. Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi sahabat Nabi-Nya dan menyebarkan agama-Nya; maka contohlah akhlak dan jalan mereka karena mereka telah berjalan di atas petunjuk yang lurus”.
Faktor terbesar keberhasilan para sahabat setelah taufiq dari Allah adalah kegigihan mereka dalam mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkan sunnah-sunnah Nabi.
Dalam seluruh lini kehidupannya nampak cahaya sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terpancar, dari perkara besar hingga perkara kecil yang terkadang dianggap sepele oleh kebanyakan orang di zaman sekarang.
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu sebagai pelaku sejarah, yang telah mengecap hidup di dua era, era jahiliyah dan era Islam mengatakan, “Dahulu kami adalah bangsa yang paling hina, kemudian Allah memuliakan kami dengan Islam. Seandainya kita mencari kemuliaan dengan selain Islam, maka Allah akan menjadikan kita bangsa yang hina!”.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Perjuangan para sahabat tidak bisa dianggap remeh, hanya orang-orang yang tidak punya iman saja yang membenci mereka.
Mereka yang mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suka dan dukanya. Hingga tak peduli apa yang menimpa jiwa dan raga mereka.
Pantas jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jangan kalian cela sahabatku! Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, jikalau salah satu di antara kalian berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan menyamai segenggam tangan mereka bahkan separuhnya.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Ya Allah, di kota Nabi-Mu ini kami memohon cinta-Mu, cinta orang yang mencintai-Mu, dan amalan yang mengantarkan kami kepada cinta-Mu. Ajarkan kami sunnah Nabi-Mu, dan beri kami istiqamah dalam meniti jalan sahabat Rasul-Mu. [Din]