ANAK konsisten menjalani kebiasaan yang baik adalah impian dari semua orang tua.
Lalu apa saja yang bisa orang tua kerahkan agar hal itu tercapai?
Bagaimana agar anak konsisten dalam menjalani hidup dengan baik dan bagaimana jika anak tidak konsisten?
Menurut Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Insyaha, ada 4 kunci utama, agar anak senantiasa konsisten dalam kebaikan yaitu:
1. Doa. Doakan anak kita dengan doa yang baik-baik. Berdoalah selama kita masih bernafas, teruslah berdoa tanpa kenal lelah, tanpa putus.
Sepanjang kita masih hidup, maka sepanjang itulah doa kita terus kita panjatkan kepada anak-anak kita.
Doa orang tua, khususnya doa seorang Ibu super mustajab.
“Berdoalah kamu kepada-Ku, niscaya Kuperkenankan permintaan kamu itu.” (QS. Al-Mu’min : 60).
“Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu (Hai Muhammad) tentang Aku maka katakanlah kepada mereka bahwa Aku adalah dekat kepadanya & Aku memperkenankan do’a orang yang berdo’a kepada-Ku.” (Al-Baqarah : 186).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Itulah janji Allah yang akan mengabulkan doa-doa hamba-hambaNya.
2. Pemahaman. Pernahkah Ayah menjelaskan pahala apa saja yang akan didapat anak saat anak sholat berjamaah di masjid, mulai dari pahala saat berwudhu di rumah, saat berjalan ke masjid, berdoa masuk masjid, melakukan sholat sunah, berdoa diantara azan dan iqomat, melakukan sholat berjamaah, beristighfar setelah sholat, berdzikir, berdoa, lalu berjalan pulang kembali sampai ke rumah.
Pernahkah Ayah menjelaskan semua itu. Jadi, seringlah menjelaskan keutamaan-keutamaan sebuah ibadah kepada anak.
Keutamaan shalat berjamaah, keutamaan mengaji Al Quran, keutamaan sedekah, keutamaan mengikuti pengajian, keutamaan berdzikir, beristighfar, bersholawat kepada Nabi dan banyak keutamaan ibadah lainnya.
Bagaimana Agar Anak Konsisten Menjalani Kebiasaan yang Baik (1)
Baca juga: Mengajarkan Anak Konsisten Shalat
Ayah yang baik itu, tidak hanya sekedar menyuruh dan membentak anak saat mereka enggan beribadah, misalnya “Pergi sholat ke masjid sana, mau kamu masuk neraka!”.
Ayah ini menyuruh anaknya untuk melakukan perbuatan baik tetapi dengan cara yang tidak baik, yaitu dengan membentak sekaligus mengancam.
Apa yang terjadi, anak mungkin akan berangkat ke masjid namun ia berangkat bukan karena paham akan perintah Allah untuk sholat, bukan karena paham besarnya pahala yang akan mereka dapatkan saat sholat berjamaah di masjid namun mereka berangkat ke masjid disebabkan karena ketakutannya kepada ayahnya.
Pemahaman anak kenapa mereka harus melakukan ibadah itu sama pentingnya dengan ibadah itu sendiri.
Anak dalam menjalankan ibadah itu harus didasarkan pada pemahaman bukan didasarkan pada keterpaksaan dan ketakutan kepada ayahnya.[Sdz]