MADINAH adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi Muhammad dimakamkan di Masjid Nabawi.
Tempat ini sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual ibadah Haji dan Umroh, namun jemaah Haji dan Umroh dari seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung ke kota yang letaknya kurang lebih 330 km utara Makkah ini untuk berziarah dan melaksanakan sholat di masjidnya Nabi.
Jadi jelas sekali walau pun masjid nabawi ini termasuk masjid besar dan fenomenal dalam sejarah, tetapi urutannya bukan masjid yang pertama kali dibangun di masa nabi.
Baca juga: Asal Nama Bukit Shafa Marwah
Madinah, Kota Suci Kedua Umat Islam
Sebelumnya ada masjid Quba’, bahkan ada masjid Amar bin Yasir dan di masa Mekkah ada masjid Abu Bakar ridwanullahi alaihim.
Masjid Nabawi ini didirikan di atas tanah yang awalnya tempat berhentinya unta Rasulullah saat tiba di Madinah.
Karena para sahabat anshar berebutan untuk menjadikan rumah mereka sebagai tempat singgah Rasulullah, maka diundilah dengan cara melepaskan unta beliau yang bernama Qashwa berjalan sendirian tanpa dihela.
Dan disepakati dimana pun unta itu berhenti dan duduk, disitulah Rasulullah akan bertempat tinggal. Unta itu lantas berhenti di sebidang tanah milik kakak-beradik yatim, Sahal dan Suhail bin Amr.
Kemudian tanah itu dibebaskan seharga 20 dinar. Sebagai perbandingan, di masa itu Rasulullah pernah meminta dibelikan seekor kambing dan harga pasaran kambing 1 dinar perekor.
Jadi kira-kira 1 dinar itu antara 1 – 1,5 juta pada hari ini. Kalau 20 dinar berarti kira-kira 20-30 juta.
Awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 m × 50 m2, dengan tinggi atap sekitar 3,5 meter dimana Rasulullah turut membangunnya dengan tangannya sendiri, bersama-sama dengan para sahabat dan kaum muslimin.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Tembok di keempat sisi masjid ini terbuat dari batu bata dan tanah, sedangkan atapnya dari daun kurma dengan tiang-tiang penopangnya dari batang kurma. Sebagian atapnya dibiarkan terbuka begitu saja.
Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari. Hanya di waktu Isya, diadakan sedikit penerangan dengan membakar jerami.
Ada pun rumah kediaman untuk Rasulullah dibangun melekat pada salah satu sisi masjid. Ukurannya tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan masjidnya, hanya tentu saja lebih tertutup.
Masjid Nabawi juga dilengkapi dengan bagian yang digunakan sebagai tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak memiliki rumah. Belakangan, orang-orang ini dikenal sebagai ahlussufah atau para penghuni teras masjid. [Din]