UMROH secara bahasa adalah berkunjung. I’tamara al-bait, berarti mengunjungi Baitullah. A’marahu, berarti menjadikan dirinya sebagai orang yang mengerjakan umroh.
Al-mu’tamir, berarti pengunjung yang menyimpan maksud tertentu. Jadi, diantara makna umroh adalah berkunjung, menyengaja dan menjadikan tempat yang patut untuk mengerjakan ibadah umroh.
Sebagai salah satu ibadah yang memiliki pahala yang sangat besar, ibadah umroh memiliki keutamaan-keutamaan yang menjadikan ibadah umroh sebuah ibadah yang spesial.
Baca juga : Cara Menabung untuk Umroh Lewat Tabungan Langit
Keutamaan Umroh dan Pahalanya
Apa saja keutamaan ibadah umroh? Bagaimana pahala umroh bagi para jamaah umroh? Berikut adalah keutamaan umroh dan pahalanya.
1. Haji dan umroh menghapus kefakiran dan dosa
Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Hendaklah kalian terus-menerus mengerjakan ibadah haji dan umroh. Sesungguhnya haji dan umroh menghapus kefakiran dan dosa. Ini seperti halnya tukang besi yang menghilangkan karat besi.”
Secara spesifik, hadits tersebut mencantumkan kata “besi” sebab besi merupakan logam keras dan banyak karatnya.
Ini menunjukkan bahwa fakir meskipun berat dan dosa terhitung banyak, keduanya akan sirna bilamana terus-menerus mengerjakan ibadah haji dan umroh.
2. Jamaah umroh dalam penjagaan dan perlindungan Allah
Inilah jaminan berupa perlindungan dan kemanan bagi jamaah umroh hingga kembali pulang. Atau jaminan pahala yang terus mengalir hingga hari kiamat jika mereka tidak kembali pulang (wafat).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang pergi menunaikan ibadah haji kemudian meninggal dunia, maka Allah mencatat pahala ibadah haji tersebut untuknya hingga hari kiamat.
Barang siapa yang pergi mengerjakan ibadah umroh kemudian meninggal dunia, maka Allah mencatat ibadah umroh tersebut untuknya hingga hari kiamat.
Barang siapa yang pergi berjihad di jalan Allah kemudian meninggal dunia, maka Allah mencatat pahala jihad tersebut untuknya hingga hari kiamat.”
3. Jamaah haji dan umroh adalah tamu Allah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jamaah haji dan umroh merupakan tamu Allah yang mana Allah telah mengundangnya dan mereka memenuhi panggilan-Nya. Mereka memohon kepada Allah dan Allah memenuhi permintaan mereka.”
Apa yang dilakukan ketika adanya kehadiran para tamu? Ya, memberikan sambutan yang hangat dan memuliakan dirinya sebagai tamu.
Lalu bagaimana jika Allah yang menyambut kedatangan kamu, seorang manusia, sebagai tamu-Nya?
Ali bin Muwafaq pernah bercerita, “Aku telah menunaikan ibadah haji sebanyak enam kali. Setelah prosesi haji, aku duduk dekat Hijir Ismail seraya memikirkan kondisiku. Berulangkali aku mendatangi tempat tersebut. Kala itu aku tidak tahu, apakah ibadah hajiku diterima atau tidak. Lantas aku tidur, dan dalam mimpiku aku menjumpai seseorang berkata kepadaku, ‘Adakah kamu mengundang ke rumahmu hanya orang-orang yang kamu cintai?’ Setelah itu aku terbangun, dan mimpi itu membuatku senang.”
4. Melebur dosa antara umroh sebelumnya dan sekarang
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dari umroh sebelumnya ke umroh sekarang, akan dapat melebur dosa dan kesalahan pada jarak waktu antara kedua umroh tersebut.”
Inilah anjuran tentang memperbanyak ibadah umroh. Sebab ketika melaksanakan umroh untuk kedua kalinya, dosa diantara umroh sebelumnya ke umroh sekarang akan dileburkan.
5. Umroh di bulan Ramadhan setara dengan ibadah haji
Ummu Sulaim pernah menghadap Rasul kemudian melapor, “Abu Thalhah dan putranya telah menunaikan ibadah haji dan mereka berdua meninggalkanku.”
Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai Ummu Sulaim, umroh di bulan Ramadhan serupa dengan ibadah haji bersamaku.”
Inilah keutamaan dan kenikmatan dari Allah yang telah memposisikan umroh serupa dengan ibadah haji lantaran umroh tersebut dilaksanakan di bulan Ramadhan.
6. Pahala yang diraih sesuai dengan kadar kepayahan dan jumlah biaya yang dikeluarkan
Dari Aisyah bahwa Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepadanya saat beribadah umroh,
“Kamu berhak mendapat pahala sesuai dengan kadar kepayahan dan jumlah biayamu.”
Seolah-olah dengan kabar gembira ini, Rasul mengulur tangannya yang lembut kepada setiap orang yang umroh agar bisa mengusap segala kepayahan yang menimpanya.
Selain itu, Rasul juga menganjurkan agar mudah mengeluarkan harta untuk diinfakkan di jalan Allah. Setelah itu, kabar gembira disampaikan kepada mereka bahwa segala sesuatu di sisi Allah pasti bernilai baik, kekal, suci, dan bernilai tinggi. [MRR/sumber: Dahsyatnya Umrah, Dr. Khalid Abu Syadi]