CINTA dan penghormatan kepada Rasulullah bukan hanya sekedar rasa kagum, tetapi menjadi fondasi spiritual yang menguatkan keyakinan dan tuntunan hidup bagi banyak orang.
Menurut buku Dahsyatnya Umrah karya Dr. Khalid Abu Syadi menuliskan bahwa Abdullah bin Hisyam meriwayatkan, “Kami pernah bersama Rasul sedangkan Rasul memegang tangan Umar bin Khattab. Lantas Umar berkata kepada Rasul, Wahai Rasul, sungguh aku sangat mencintaimu melebihi segala sesuatu bahkan terhadap diriku”.
“Rasul bersabda, ‘Bukan itu saja. Demi Dzat yang berkuasa atas diriku, bahkan aku pun sangat mencintaimu melebihi dirimu (mencintai dirimu sendiri).’ Umar berkata, ‘Sekarang ini juga?’ Rasul bersabda, ‘Wahai Umar, sekarang ini juga”, lanjutnya.
Baca juga: Jangan Sampai Kamu Merasa Jenuh Pada Saat Ibadah Umroh
Cinta Kamu Kepada Rasulullah Sangat Berarti dalam Hidupmu
Betapa perlunya kamu kejujuran waktu sebagaimana yang dirasakan oleh Umar. Kamu pun bisa menciptakan kondisi itu bersama dirimu sendiri dalam suatu majlis.
Rasul telah bersumpah, padahal Rasul jujur dalam setiap ucapannya, maka Rasul tidak perlu bersumpah.
Jika jiwa adalah barang berharga yang kemungkinan dikorbankan oleh manusia, maka mencintai Rasul seraya dituntut mengorbankan jiwa adalah harga murah jika ingin mengikuti sunnahnya.
Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Thalhah saat perang Uhud. Abu Thalhah adalah Zaid bin Sahal al-Aswad al-Anshari, yang oleh Nabi dinyatakan sebagai seorang sahabat dengan suara terbaik daripada seribu orang lelaki di antara para tentara.
Ketika pada perang Uhud orang-orang bercerai- berai dari Rasul, Abu Thalhah berdiri di hadapan Rasul lantas memberikan perlindungan buatnya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Abu Thalhah membusungkan dadanya di hadapan dada Rasul seraya berkata, “Anak panah orang kafir tak bakal mengenai kamu, wahai Rasul. Biarlah dadaku ini yang menerimanya, bukan dadamu.”
Abu Thalhah berharap biarlah Allah menjadikan dadanya sebagai sasaran bidikan anak panah orang kafir daripada dada Rasul, karena dia ingin mewakili Rasul.
Seakan-akan Abu Thalhah berkata, “Telah dicipta hatiku sesuai dengan kadar cinta mereka Cintaku hanya kuberikan pada Rasul di keluasan tanah ini”. [Din]