MEMBACA surat dalam shalat tidak harus berurutan dan tidak membatalkan shalat. Ada seorang Ustaz muda yang menjelaskan tentang bacaan surat pendek di rakaat 1 dan 2 seharusnya dari bagian awal juz baru ke akhir.
Jika tidak demikian, termasuk makruh bahkan shalatnya bisa batal.
Ustaz Farid Nu’man Hasan memberikan tanggapannya sebagai berikut.
Yang dimaksud terbalik di sini saya ambil contoh seseorang membaca Surat At Tin di rakaat pertama, lalu rakaat keduanya An Naba, atau Al Jumu’ah.
Itu bukan pembatal shalat tapi itu menyelisihi hal yang utama. Membaca surat itu SUNNAH, seandainya tidak dibaca pun shalat tetap sah, Apalagi sekadar terbalik urutan suratnya.
Baca Juga: Rahasia Sabar dan Shalat
Membaca Surat dalam Shalat Tidak harus Berurutan
Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:
وهذا مجمع عليه في الصبح والجمعة والأولييْن من كل الصلوات ، وهو سنة عند جميع العلماء ، وحكى القاضي عياض رحمه الله تعالى عن بعض أصحاب مالك وجوب السورة ، وهو شاذ مردود .
Hal ini (kesunahan membaca surat) adalah Ijma’, baik pada shalat subuh, shalat Jum’at, atau pada dua rakaat pertama dalam semua shalat. Itu sudah menurut semua ulama. Al Qadhi ‘Iyadh menceritakan adanya yang mewajibkan dari kalangan pengikut Imam Malik. Tapi, itu pendapat aneh dan tertolak.
(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 4/105)
Berurutan membaca surat juga bukan kewajiban, menurut mayoritas ulama. Imam an Nawawi mengutip dari Al Qadhi’ Al Baqilani:
والذي نقوله : إن ترتيب السور ليس بواجب في الكتابة ، ولا في الصلاة ، ولا في الدرس ، ولا في التلقين ، والتعليم , وأنه لم يكن من النبي صلى الله عليه وسلم في ذلك نص
Kami katakan bahwa BERURUTANNYA SURAH BUKANLAH WAJIB baik dalam penulisan, SHALAT, belajar, talqin, ta’lim, karena tidak ada nash (dalil) dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang itu (Ibid, 6/62)
Dalam Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah:
فتنكيس السور في القراءة في الصلاة خلاف الأفضل، فالأفضل أن يقرأ على نظم المصحف فلا يقرأ في الثانية سورة قبل التي قرأ بها في الأولى، فإن خالف وفعل ذلك فلا حرج عليه وصلاته صحيحة
Terbaliknya membaca surat dalam shalat adalah perbuatan yang menyelisihi hal yang lebih utama. Yang lebih utama adalah dia membaca sesuai urutan dalam mushaf. Jika TIDAK SEPERTI ITU maka TIDAK APA-APA, shalatnya TETAP SAH. (Fatwa No. 136207)
Terbalik urutan suratnya, memang itu keliru. Tapi itu melanggar adab, dan meninggalkan sunnah, bukan pembatal shalat. Contoh lain seperti membaca surat Al Falaq di rakaat 1 tapi rakaat ke-2-nya Al Baqarah. Ini memang keliru, dia meninggalkan perkara sunnah, tapi ini bukan pembatal shalat.
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]