KEUTAMAAN menyantuni anak yatim. Anak yatim adalah salah satu golongan yang dianjurkan untuk disedekahkan oleh umat Islam.
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Allah Ta’ala telah merinci dalam firman-Nya:
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.”
Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS. Al Baqarah: 215)
Selain itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjanjikan para penyantun anak yatim akan hidup berdampingan dengan dirinya di surga. Dari Sahl Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
وَأَنَا وَكَافِلُ اليَتِيمِ فِي الجَنَّةِ هَكَذَا» وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
Di surga nanti, aku bersama orang yang menyantuni anak yatim seperti ini. (Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan tengah, dan diberikan celah sedikit). (HR. Bukhari No. 5304)
Baca Juga: Kisah Wanita yang Menampung Anak Yatim Piatu
Keutamaan menyantuni anak yatim
Menyantuni anak yatim, juga sebagai sarana melembutkan hati bagi seorang mukmin. Sebagaimana dikatakan dalam hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَجُلًا شَكَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ , فَقَالَ: ” إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يُلَيَّنَ قَلْبُكَ فَأَطْعِمِ الْمَسَاكِينَ وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ “
Dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang laki-laki mengeluhkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang hatinya yang keras.
Beliau bersabda: “Jika kau ingin melembutkan hatimu, maka berikanlah makan ke orang-orang miskin, dan usaplah kepala anak yatim.”
(HR. Ahmad no. 7576, Al Baihaqi dalam as Sunan al Kubra no. 7094. Hadits ini dinyatakan DHAIF oleh Syaikh Syuaib al Arnauth (Ta’liq Musnad Ahmad, 13/22) dan Syaikh Ahmad Syakir (Musnad Ahmad no. 7566).
Sementara Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: HASAN. (Fathul Bari, 11/151), Syaikh al Albani juga menghasankan. (Shahihul Jami’ no. 1410)
Makna MENGUSAP KEPALA dalam hadits tersebut ada yang memaknai secara hakiki benar-benar mengusap, ada juga yg mengartikan lemah lembut dan perhatian.
Imam ash Shan’ani Rahimahullah menjelaskan:
والمراد مسحه بالدهن أو معنى تلطفا وتأنيسا وقد يلين القلب و يرضى الرب
Maksud dari mengusap adalah mengusapnya dengan minyak, atau maknanya adalah bersikap lembut dan bersahabat, itu akan melembutkan hati dan mendatang keridhaan Allah. (At Tanwir Syarh al Jami’ ash Shaghir, 4/236)
Jika anak yatim tersebut ada hubungan darah dengan kita maka anjurannya lebih kuat lagi, dan memiliki nilai lebih dari sekadar sedekah, yaitu juga silaturrahim.[ind]
Bersambung.