ChanelMuslim.com – Hukum jimak setelah selesai haid, tapi belum mandi. Assalamu ‘alaikum, Ustaz, apa hukumnya bersetubuh tapi belum mandi haid, tetapi sudah bersih dari haid? Bolehkah mandi haid dan mandi junub dengan sekali mandi?
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Baca Juga: Shalat Sunnah Dua Rakaat Sebelum Jimak
Hukum Jimak Setelah Selesai Haid
Jawaban:
Wa ‘alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh .. Bismillahirrahanirrahim.
Hendaklah bersabar dan jangan terburu-buru. Sempurnakanlah kesucian Anda dengan mandi wajib. Selain memang itu lebih bersih dan menyegarkan bagi Anda berdua.
Sebenarnya, para ulama kita berbeda pendapat dalam hal ini, namun kebanyakan melarang jimak dengan isteri yang sudah selesai haid tetapi belum mandi haid. Allah Ta’ala berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
Dalam Tafsir Ath Thabari disebutkan tentang makna “Suci” dalam ayat tersebut:
فقال بعضهم: هو الاغتسال بالماء، لا يحل لزوجها أن يقربها حتى تغسل جميع بدنها. وقال بعضهم: هو الوضوء للصلاة. وقال آخرون: بل هو غسل الفرج، فإذا غسلت فرجها، فذلك تطهرها الذي يحلّ به لزوجها غشيانُها.
“Sebagian mereka berkata: maksudnya adalah mandi dengan air, tidak halal bagi seorang suami mendekati isterinya (maksudnya bersetubuh), sebelum dia memandikan seluruh badannya.
Sebagian mereka berkata: maksudnya adalah wudhu untuk shalat.
Sedangkan yang lain mengatakan: maksudnya adalah mencuci kemaluan, jika sudah mencuci kemaluannya, maka itu telah mensucikannya, yang dengannya maka suaminya halal untuk bersetubuh dengannya.” [1]
Keterangan dari Imam Ath Thabari ini membuktikan bahwa memang telah terjadi perselisihan pendapat dalam masalah ini.
Imam Ath Thabari Rahimahullah melanjutkan:
فتأويل الآية إذًا: ويسألونك عن المحيض قل هو أذى، فاعتزلوا جماع نسائكم في وقت حيضهنّ، ولا تقربوهن حتى يغتسلن فيتطهرن من حيضهن بعد انقطاعه.
“Maka, takwil ayat tersebut adalah: “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang haid, katakanlah dia adalah penyakit, maka jauhilah bersetubuh dengan wanita kalian pada waktu haid mereka, dan jangan dekati mereka (bersetubuh) sampai mereka mandi, yang bisa mensucikan mereka dari haidnya setelah terhentinya darah.” [2]
Berkata Imam Hasan Al Bashri Radhiallah ‘Anhu:
لا يغشاها زوجُها حتى تغتسل وتحلَّ لها الصلاة.
“Suami tidak boleh bersetubuh dengan isterinya, sampai isterinya mandi, yang dengan mandi itu dibolehkan baginya shalat.” [3]
Demikian pula yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Utsman bin al Aswad, dan Ibrahim an Nakha’i.
Kemudian, tentang bolehkah mandi junub dan haid dalam sekali mandi? Ya boleh, sebab Nabi saw pernah menggilir beberapa istrinya dalam satu malam tapi Beliau saw hanya melakukan sekali mandi.
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يطوف على نسائه بغسل واحد
Bahwa Nabi saw pernah berkeliling menggilir istri-istrinya dengan sekali mandi. [4]
Hal ini sama dengan orang yang buang angin, lalu dia buang besar, buang air kecil, maka dia tidak usah tiga kali wudhu, cukup baginya hanya sekali wudhu saja untuk menghilangkan kondisi hadats itu semua. Juga sama dengan orang yang junub di hari Jumat, lalu dia mandi junub dan mandi jumat sekaligus, maka ini juga boleh.
Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:
ولو نوى بغسله غسل الجنابة والجمعة حصلا جميعا هذا هو الصحيح
Seandainya mandinya itu berniat dengan mandi janabah dan Jumat, maka kedua mandi itu telah didapatkannya. Inilah yang benar.[5]
Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah juga berkata:
فإن اغتسل للجمعة والجنابة غسلا
واحدا ونواهما أجزأه ولا نعلم فيه خلافا
Sesungguhnya mandi karena Jumat dan Junub dengan sekali mandi dengan meniatkan keduanya itu sudah mencukupi, dan kami tidak ketahui adanya perselisihan dalam masalah ini.[6]
Demikian. Wallahu A’lam.
Referensi:
[1] Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari, Jami’ al Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Juz. 4, Hal. 384. Mu’asasah Risalah, cet.1, 2000M/1420H.
[2] Ibid, 4/385
[3] Ibid, 4/386
[4] HR. Muslim No. 309
[5] Imam An Nawawi, Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 1/368
[6] Imam Ibnu Qudamah, Al Mughni, 2/199
[ind]