BAGAIMANA hukum berzikir dalam keadaan hadas? Pertanyaan ini dijawab oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan, S.S.
Dijelaskan bahwa berzikir kepada Allah baik dengan bertasbih, tahmid, takbir, tahlil, atau lainnya, dalam keadaan hadas kecil atau besar adalah boleh.
Ini perkara yang tidak diperselisihkan para ulama.
Baca Juga: Selagi Ada Kesempatan, Berzikirlah yang Banyak
Hukum Berzikir dalam Keadaan Hadas
Hal ini berdasarkan beberapa dalil berikut:
Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata:
كَانَ النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – يَذْكُرُ الله عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ
Dahulu Nabi berdzikir kepada Allah di setiap keadaan. (HR. Bukhari secara mu’allaq)
Hadits ini menunjukkan bahwa zikir bukan hanya saat suci, tapi semua keadaan. Para ulama menegaskan bahwa suci bukan syarat sahnya berdzikir dan berdoa.
Hadits lain, Aisyah Radhiallahu ‘ Anha bercerita saat dia haid, dan haji ke Makkah, Rasulullah bersabda:
افْعَلِي كَمَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي
“Lakukanlah semua manasik haji seperti yang dilakukan para jamaah haji, selain thawaf di Ka’bah Baitullah sampai kamu suci.” (HR. Muttafaq ‘Alaihi)
Hadits ini menunjukkan kebolehan wanita haid melaksanakan semua manasik haji (sa’i, wuquf, mabit, jumrah) kecuali thawaf.
Padahal, saat sa’i, wuquf, dianjurkan banyak berzikir sebagaimana jamaah haji lainnya. Maka, ini menunjukkan kebolehan yang begitu jelas bagi orang berhadats untuk zikir dan berdoa.
Imam an Nawawi Rahimahullah mengatakan:
أجمع المسلمون على جواز التسبيح والتهليل والتكبير والتحميد والصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم وغير ذلك من الأذكار وما سوى القرآن للجنب والحائض ودلائله مع الإجماع في الأحاديث الصحيحة مشهورة
Kaum muslimin telah ijma’ (aklamasi) bolehnya bertasbih, tahlil, tahmid, takbir, bershalawat kepada nabi, dan zikir-zikir lainnya -selain membaca Alquran- bagi orang yang junub dan haid.
Selain ijma’, hal ini juga ditunjukkan oleh dalil hadits shahih yang begitu banyak dan masyhur.
(Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab)
Hanya saja, jika seseorang bersuci lebih dulu tentu itu lebih baik, lebih disukai, dan lebih utama.
Berdasarkan hadits berikut:
عَنِ الْمُهَاجِرِ بْنِ قُنْفُذٍ
أَنَّهُ سَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ حَتَّى تَوَضَّأَ فَرَدَّ عَلَيْهِ وَقَالَ إِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أَرُدَّ عَلَيْكَ إِلَّا أَنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللَّهَ إِلَّا عَلَى طَهَارَةٍ
Dari Al Muhajir bin Qunfudz bahwa ia pernah mengucapkan salam atas Nabi dan saat itu, beliau sedang berwudhu.
Namun, beliau tidak membalas salamnya hingga beliau selesai wudhu, baru kemudian beliau membalasnya dan bersabda:
“Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku untuk membalas salammu, kecuali karena saya tidak suka berzikir kepada Allah selain dalam keadaan suci.”
(HR. Ahmad no. 18259)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind/Cms]