ChanelMuslim.com- Bahasa yang diungkapkan pria dan wanita sepintas sama. Padahal, gaya dan nilainya sangat berbeda. Jika pria tidak mampu memahami bahasa wanita, jangan heran jika ada jarak antara keduanya.
Kalau menyimak apa yang terungkap di data petugas pengadilan agama, sebagian kita mungkin akan kurang percaya. Bayangkan, di atas 60 persen penyebab perceraian bukan karena adanya pasangan lain. Melainkan, karena persoalan sepele yang bernama komunikasi.
Komunikasi antara pria dan wanita akan menjadi senyawa bukan lantaran soal sering atau jarangnya. Bukan juga karena rahasiaan atau apa adanya. Melainkan karena kepekaan pria terhadap apa yang tersembunyi di balik simbol kata dan rasa bahasa wanita.
Repotkah? Boleh jadi, tugas utama pria dalam hidupnya, khususnya bagi yang berkeluarga, menangkap simbol kata dan rasa di balik bahasa yang terungkap dari pasangannya.
Secara umum, ada perbedaan mendasar antara cara berbahasa pria dan wanita. Pria biasanya mengungkapkan sesuatu agar yang diajak bicara memahami maksudnya. Sementara wanita, mengungkapkan sesuatu agar dirinya bisa selaras dengan respon yang akan diterimanya.
Pria umumnya berbicara apa adanya. Jika ya, artinya memang ya. Dan jika tidak, artinya memang tidak. Di antara keduanya hanya ada keraguan. Dan itu bisa ditangkap dengan mudah oleh lawan bicara.
Tapi wanita boleh jadi tidak sesederhana itu. Bisa saja akan terucap kata ya, meski maksudnya tidak. Dan akan terucap kata tidak, meski maksudnya ya. Semua terucap mengikuti suasana rasa di sekitarnya.
Ungkapannya berisikan isyarat, simbol, dan tafsiran. Pria yang baik, akan berusaha mencerna kata wanita dalam saringan suasana rasa saat diucapkan. Dan menariknya, suasana rasa inilah yang menjadi maksud sebenarnya.
Jika pria gagal memahami suasana rasa, jangan heran jika wanita akan berujar, “Iih, kok nggak ngerti juga sih.”
Dan kegagalan berikutnya, pria akan mengatakan kalimat bodoh berupa, “Ya jadi apa dong maksudnya?”
Pertanyaan seperti ini kian membuat jarak yang mulai menganga menjadi menyeramkan. Seolah, ada lubang besar di antara kedua maksud ungkapan itu yang entah berapa kilometer dalamnya.
Karena itu, untuk memahami bahasa yang tersirat, baiknya seorang pria berusaha menangkap dulu suasana rasa saat ungkapan itu terucap. Ibaratnya, seperti seorang pesilat ulung yang menangkis serangan lawan dengan mata tertutup. Ia tidak mau dipermainkan oleh apa yang ia lihat, tapi lebih fokus dengan apa yang ia rasa.
Cara lain untuk memahami bahasa wanita yang agak penuh tafsiran adalah dengan tidak cepat bereaksi atau mengambil kesimpulan dini. Ikuti dulu long storynya. Serap dulu suasana emosi yang ada. Berikan respon yang memuat pancingan untuk mendapatkan maksud yang mungkin masih tersembunyi.
Jika merasa sudah menangkap apa yang tersirat. Jangan memberikan reaksi saat itu juga. Diamlah untuk beberapa menit, jam, atau mungkin juga hari. Diam dalam arti terhadap subjek masalah dari bahasa yang terungkap. Bukan diam dalam respon kewajaran.
Pada saatnya, maksud akan tertangkap baik masih samar atau mulai agak jelas. Saat itulah, respon bisa dilakukan dengan perlu kehati-hatian. Tapi tidak perlu kaku, mesti luwes, dan penuh keakraban.
Menariknya, tidak sedikit dari ungkapan yang terasa berat dari wanita tidak melulu perlu respon serius dari pria. Boleh jadi, candaan, gurauan, bahkan pujian bisa menjadi penghapus masalah secara alami. Ajaib kan!
Contoh, ketika istri mengungkapkan rasa cemburu dengan isi chat atau sms di ponsel suami, respon sederhana boleh jadi lebih efektif dari sebuah penjelasan yang komprehensif. Cukup katakan, “Emangnya ada perempuan yang lebih cantik, sayang, dan penuh cinta melebihi bidadari di depan Abang?”
Ungkapan ini akan seperti hujan lebat di tanah gersang yang nggak pernah kena hujan sekian lama. Sangat menenteramkan.
Benarkah seperti itu, nggak ada salahnya untuk mencoba. (Mh)