GAMBARAN Kelekatan Suami Istri dalam Alquran dijelaskan dalam tulisan Cahyadi Takariawan yang berjudul Intimacy, Kelekatan Totalitas Suami Istri.
Salah satu kualitas relasi suami istri adalah intimacy atau kelekatan. Setelah menikah, suami dan istri harus membangun kelekatan yang ’totalitas’—tanpa jarak.
Gambaran kelekatan antara suami dan istri, dinyatakan dalam Al-Qur’an sebagai libas atau pakaian. Sebuah gambaran yang sangat indah dan romantis. Allah berfirman,
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“…Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka” (QS. Al-Baqarah: 187).
Suami dan istri melekat satu dengan yang lainnya, seperti melekatnya pakaian pada badan. Tak terpisahkan, dan melekat erat tanpa jarak, namun nyaman dan tidak menyakitkan.
Ketika menjelaskan ayat di atas, Ibnu Katsir menyatakan,
فَلَا أُلْفَةَ بَيْنَ رُوْحَيْنِ أَعْظَمُ مِمَّا بَيْنَ الزَّوْجَيْنِ
“Tidak ada persatuan (kelekatan) antar dua ruh yang lebih besar dibandingkan suami dan istri.
Inilah intimacy yang diperlukan oleh setiap pasangan suami istri. Bagaimana penjelasan teknis tentang intimacy?
Mari kita simak penuturan Luis Congdon dari The Gottman Institute.
Congdon menuliskan pengalaman pribadinya, bagaimana ia memahami dan menemukan intimacy.
“I think I really saw intimacy as a kind of physical and emotional knotting that, when done tightly enough, could never be untied’.
“Saya pikir saya benar-benar melihat keintiman sebagai semacam ikatan fisik dan emosional yang, ketika dilakukan dengan cukup erat, tidak akan pernah bisa dilepaskan,” ungkap Congdon.
Pada umumnya, pasangan akan memiliki persepsi sebagaimana dikemukakan oleh Congdon. Kita yakin akan bisa intim satu sama lain, apabila memiliki cukup banyak aktivitas fisik dan emosional. Selanjutnya mengira bahwa apabila telah tercapai kondisi yang intim, maka hal itu akan bertahan selamanya.
“I hoped, or assumed, that, provided we were intimate enough, I might ensure that I could be protected against loneliness, disappointment, and pretty much any kind of romantic loss.”
“Saya berharap, atau berasumsi, bahwa, asalkan kami cukup akrab, saya dapat memastikan bahwa saya dapat dilindungi dari kesepian, kekecewaan, dan hampir semua jenis kehilangan romantis,” lanjut Congdon.
Pasangan suami istri merasakan kekhawatiran bahwa suatu saat mereka akan kecewa atau dikecewakan. Untuk itu mereka berusaha untuk segera bisa menemukan intimacy tersebut.
“Saya takut patah hati, cukup yakin saya tidak bisa bertahan. Jadi saya bergegas dan bergegas dan bergegas,” ungkap Congdon.
Namun yang harus dipahami adalah –ada proses ketersingkapan kepribadian dari suami dan istri, yang akan terjadi secara alami. Setelah melewati masa-masa bulan madu yang indah, masing-masing akan segera melihat kepribadian pasangan secara senyatanya dan apa adanya.
Baca juga: Keintiman, Lebih dari Sekadar Komunikasi
Gambaran Kelekatan Suami Istri dalam Alquran
Ibarat inti kayu yang terlapisi oleh kulit, ada masanya kulit mengalami pengelupasan. Bagian luar kulit kayu mengelupas hingga menampakkan bagian dalam.
Demikian pula kepribadian manusia. Akan terjadi penyingkapan secara wajar dan manusiawi, dari hari ke hari.
“Hari-hari ini saya berpikir untuk menjadi intim sebagai penyingkapan bertahap dari lapisan luar seseorang (pelindung diri, kepribadian yang dibangun secara sosial) sambil secara bersamaan mengamati penyingkapan kepribadian pasangannya,” lanjutnya.
Menjaga keintiman berarti bersedia menjaga proses kebersamaan. Bahwa suami dan istri terus berjuang menjaga kelekatan pada setiap fase kehidupan yang akan dilewati.
“Again, this is a co-created process; we must observe as much as we act; we must stay quiet as much as we speak. When done consciously and mindfully, developing a sense of intimacy is a privilege and to be honored” –Luis Congdon.
“Sekali lagi, ini adalah proses yang diciptakan bersama; kita harus mengamati sebanyak kita bertindak; kita harus diam sebanyak kita berbicara. Ketika dilakukan secara sadar dan penuh perhatian, mengembangkan rasa keintiman adalah hak istimewa dan harus dihormati,” pungkasnya.[ind]
Bahan Bacaan:
Luis Congdon, The One Thing Any Couple Can Do for Better Connection and Intimacy, https:// www.gottman.com