USTAZ Farid Nu’man Hasan menjelaskan hukum daging biawak.
Biawak dalam arti hewan carnivora pemakan bangkai, ayam, tikus, yang biasa ada rawa, sungai, dengan ciri tubuh seperti komodo dengan ekor yang panjang dan lancip, maka ini dalam bahasa arab adalah ورل (warol).
Ini haram menurut mayoritas ulama kecuali Imam Said bin al Musayyab dan Imam Malik.
Ada pun dhobb yang tertulis dalam hadits, adalah kadal gurun yang berwarna krem, makannya rumput dan semut, ekornya pendek.
Inilah yang halal. Banyak yang terkecoh bahwa dhobb yang dimaksud adalah warol padahal bukan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Khalid bin Walid Radhiyallahu ‘Anhu bercerita:
أتي النبي – صلى الله عليه وسلم – بضب مشوي، فأهوى إليه ليأكل، فقيل له: إنه ضب، فأمسك يده، فقال خالد: أحرام هو؟ قال: ” لا، ولكن لا يكون بأرض قومي فأجدني أعافه ” فأكل خالد، ورسول الله – صلى الله عليه وسلم – ينظر
“Didatangkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seekor dhabb yang sudah dipanggang dan dihidangkan kepadanya agar memakannya. Lalu dikatakan kepadanya: “Ini dhabb.” Lalu Beliau menahan kedua tangannya. Kemudian Khalid bertanya: “Apakah ini haram? Beliau bersabda: “Tidak, tetapi ini bukan makanan di daerah kaum saya dan saya jadi jijik terhadapnya.” Lalu Khalid memakannya dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memandangnya. (HR. Bukhari).
Hukum Daging Biawak
Baca juga: Alasan Rasulullah SAW Tidak Pernah Mengimpor Makanan
Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah menjelaskan:
وأما الضبّ، فالأصل فيه الحل دون كراهية، عند جمهور العلماء من أهل المذاهب الأربعة وغيرهم
Ada pun dhab hukum asalnya adalah halal tanpa dimakruhkan menurut mayoritas ulama dari 4 madzab dan selain mereka. (Al Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah, no. 16083).[Sdz]