UNTUK para suami, kapan kamu terakhir kali melakukan deep talk dengan istri? Eh sebentar. Apa itu deep talk? Deep talk merupakan bentuk percakapan mendalam dua arah yang membicarakan banyak hal bermakna.
Childhood Optimizer Adlil Umarat menjelaskan bahwa bentuk komunikasi ini penting untuk membangun hubungan mendalam dengan orang lain yang selama ini kurang dekat.
Topik yang dibahas bisa meliputi kehidupan, keluarga, karier, maupun masa depan.
Kalau kamu tidak sempat melakukan DEEP TALK sekali dalam seminggu dengan istri, maka lakukan dalam sekali dalam dua minggu.
Jika tidak sempat juga, maka perjuangkan sekali dalam tiga minggu. Jika belum sempat juga, lakukan sekali dalam sebulan.
Jika belum sempat juga, lakukan sekali dalam dua bulan. Jika belum sempat juga, upayakan sekali dalam 1 kuartal. Jika belum sempat juga, sekali dalam semester.
Jika belum sempat juga, sekali setahun deh. Kalau enggak sempat juga, wah, coba cek ulang lagi, ini benar kehidupan pernikahan apa kos-kosan? Kok enggak pernah komunikasi dua arah?
Baca Juga: Mengapa Suami Istri Mengutamakan Cintanya kepada Allah?
Deep Talk dengan Istri
Deep talk dengan istri menjadi hal krusial untuk dilakukan oleh para suami. Mengapa?
Pertama, deep talk adalah sarana mengurangi stres dan merilis emosi yang paling efektif-efisien bagi istri.
Baik itu emosi negatif, maupun emosi positif. Keduanya perlu dirilis.
Bagi seorang istri yang juga berperan sebagai ibu, menjaga kestabilan emosi, ketenangan jiwa merupakan faktor utama suksesnya menjalankan peran-peran penting nan strategis.
Kestabilan emosi dalam pengasuhan anak akan sangat ditentukan oleh stabilnya relasi dengan suami.
Jika deep talk dengan suami berjalan lancar, maka tidak ada beban emosi yang belum tuntas yang disimpan di internal diri istri.
Anak tidak akan jadi objek penderita penyaluran kemarahan seorang ibu yang belum tuntas dengan urusan internal dirinya.
Pahami makna dari kredo berikut untuk diterapkan di keluarga kamu:
“Mama Tenang, Sekeluarga Senang. Mama Rungsing, Sekeluarga Pusing!”
Mama itu adalah KOENTJI! Mama adalah PILAR KELUARGA. Mama adalah PILAR NEGARA! Kalau mau merusak sebuah negara, rusak saja kualitas si mamanya. Kelar sudah itu barang!
Kedua, deep talk adalah sarana building trust and love. Thus, suami istri bisa menjadi pasangan yang lebih intim, kompak dalam pengasuhan anak.
Terjadinya percakapan dua arah, saling terbuka, menghargai pendapat, membuat chemistry antar suami-istri semakin padu.
Kalau trust sudah didapat, tendangan energi istri dan suami akan semakin meninggi, dan keluarganya jadi fokus memproduksi banyak karya tidak banyak drama.
Ketiga, deep talk adalah sarana berlatih empati dengan memperkaya sudut pandang dari cerita pasangan.
Jadi, hal ini akan membuat terjadinya pemahaman secara utuh, tidak setengah-setengah.
Jika suami-istri saling paham utuh, ini akan meminimalisir mispersepsi, miskomunikasi, konflik kecil dan konflik besar.
Rumah tangga jadi adem-ayem. Ingatlah bahwa istri adalah platinum customer bagi suami, dan begitu juga sebaliknya.
Jangan sampai begitu ramah, melayani, mengayomi kepada klien di kantor, tapi di rumah pelayanan dan care-nya level kriminal.
Keempat, deep talk adalah sarana memperkuat self-worth istri. Di saat istri capek mengurus rumah dan anak, maka semakin tidak optimal fungsi logic-nya.
Sedikit saja kegagalan dalam hal remeh-temeh sekalipun, akan membuat istri merasa diri dia tidak berharga, tidak bernilai.
Melalui kegiatan deep talk, istri bisa menemukan kembali keberhargaan dirinya yang utuh.
Terlebih manakala dari obrolan dengan suami tersebut, suami mampu memberikan pujian, apresiasi, ucapan terima kasih, ungkapan puas terhadap peran yang telah dijalankan istri.
Apalagi jika betul-betul terlihat progress yang signifikan pada perkembangan anak. Kerapkali para istri mengkritik dan memaksa dirinya terlalu keras dengan menerapkan standar tinggi.
Jadi, ekspektasi tinggi dan ini yang menghantarkan mereka kerap kecewa karena tidak tercapainya ekspektasi tinggi tadi.
Terlebih ekspektasi tadi disempatkan dan dititipkan kepada anak. Jadilah tergabung di organisasi Mamak-Mamak Ambisius Indonesia.
Stop berpikir menjadi orang tua ideal. Jadilah orang tua yang realistis dan efektif. Itu akan bikin dirimu lebih nyaman dan rileks dalam menjalankan peran-peranmu di keluarga.
Kelima, deep talk adalah sarana melatih diri berpikir solutif ketika menghadapi masalah.
Diskusi mendalam suami-istri kerap kali menjadi tempat penyaluran jika ada masalah yang belum tuntas, ada masalah yang stagnan dan butuh partner untuk mencari solusi sehingga kerungsingan tidak ditanggung sendiri.
Istri butuh dibantu mengurai mana kejadian, mana masalah, mana akar masalah. Hal yang sering terjadi adalah semua kejadian dalam hidup dianggap masalah.
Padahal itu dua hal yang berbeda. Kalau masalah dan akar masalah sudah terurai dengan baik, itu sudah setengah jalan menyelesaikan masalah.
Tinggal cari solusi saja. Sungguh berat sekali jika semua beban pengasuhan ditanggung sendiri oleh istri dan suami hanya mencari nafkah.
Tantangan kehidupan saat ini sangat besar. Hal-hal yang merusak fokus dan konsentrasi anak sangat beragam. Faktor pemicu distraksi makin canggih.
Sementara penanaman nilai karakter positif sangat tidak bisa dijalankan oleh istri seorang saja. Berat. Dilan aja gak sanggup.
Istri butuh support system yang kompak, salah satunya adalah dari suaminya. Dulu “bikinnya” berdua, maka membangunnya juga perlu berdua.
Lalu pertanyaannya, kapan memulai deep talk dengan istri? Kapanpun waktu yang disepakati, di mana istri nyaman, suami nyaman dan keduanya dalam keadaan fit.
Kalau mau coba hal yang paling syahdu dan berkesan bagi istri, lakukan saat jeda setelah melakukan ibadah paling asyik se-dunia.
Jangan habis ibadah auto-tidur pules terus ya. Sesekali coba deep talk after play. Istri kamu akan membuncah rasa bahagianya. Selamat mencoba![ind]