ChanelMuslim.com – Sebuah kisah fiksi, entah novel, novelet, cerpen memang tidak untuk memaksa si pembaca untuk mengikuti karakter, sikap dan perilaku tokoh-tokoh yang ada didalamnya. Apalagi ketika membaca sebuah novel inspirasi, pembangun jiwa dan sejenisnya.
Ini memang sulit untuk menyamai sang tokoh tersebut.
Dalam kumcer Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali (Helvy Tiana Rosa, 2011, Asma Nadia Publishing), sang tokoh yang diberi nama Mas Gagah adalah sosok yang luar biasa. Mirip dengan Fahri dalam novel Ayat-Ayat Cinta.
Mas Gagah dikisahkan mendapatkan hidayah di Pulau Madura oleh seorang Kiai setempat dan kehidupannya segera berubah drastis. Menjadi seorang ustad dan pencerah orang-orang disekitarnya bahkan keluarganya. Meskipun akhirnya ia Meninggal saat mencegah kumpulan massa merusak sebuah masjid yang disinyalir sesat.
Setelah itu muncul lagi tokoh Yudistira. Pemuda yang berprinsip berdakwah dimana saja. Di bus, kereta api, angkot, restoran dll. tanpa mengharapkan imbalan. Kedua tokoh dikisahkan sangat inspiratif. Setelah membaca kisah fiksi ini di bawah alam sadar ingin juga mencontohnya. Setelah masuk ranah ini, "Bisakah"?. Inilah dahsyatnya sebuah kisah fiksi.
Sastra menurut Imam Syafii memang dapat melembutkan jiwa bagi para pecintanya. Mungkin banyaknya kekerasan di Indonesia karena penduduknya yang tidak suka membaca, jadi pada keras hatinya. Minimal membaca kisah-kisah Fiksi. Tetapi setidaknya saya bersyukur, karena hikmah membaca sastra adalah melembutkan jiwa, starter point yang baik untuk menjadi pribadi yang terus meningkatkan kualitas diri yang bermanfaat bagi sekitar.
Hmmm, sulitnya Menyamai Mas Gagah itu!!!! minimal sedikit-sedikit mulai mengerjakan kebaikan satu persatu. Amiin. (Resensi : https://kripikyayan.blogspot.co.id/2012/09/sulitnya-menyamai-mas-gagah.html)