KETIKA hati tersentuh dengan pelembutnya. Ziarah kubur insya Allah dapat menjadi penawar bagi hati yang belum tentu bisa didapatkan dari hal-hal lainnya.
Oleh: Ustadz Rikza Maulan, Lc., M.Ag.
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِي الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ (رواه ابن ماجة)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu, aku melarang kalian untuk berziarah kubur, (Namun) sekarang berziarah kuburlah. Karena ziarah kubur itu akan dapat menjadikan zuhud di dunia dan ingat dengan akhirat.” (HR. Ibnu Majah)
Takhrij Hadis
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab Ma Ja’a Fil Jana’iz, Bab Ma Ja’a fi Ziyaratil Qubur, hadits No 1560.
Hadits ini juga memiliki syawahid (riwayat lain yang menguatkan yang redaksinya mirip), di antaranya Imam Muslim, hadits no 3651, Abu Daud no 2816, Tirmidzi no 974, Ahmad no 1173, 4092, 10901, dsb.
Baca Juga: Jadikan Hati Kita Sebening Kaca
Hikmah Hadis Ketika Hati Tersentuh dengan Pelembutnya
Anjuran untuk ziarah kubur
Karena ziarah kubur memiliki peran yang sangat penting bagi hati manusia, khususnya ketika hati sulit untuk berdzikir, berat untuk beribadah, lelah untuk bermuhasabah, dan sebaliknya terdominasi oleh banyak keingingan duniawi yang tiada bertepi.
Hadits di atas menggambarkan kepada kita, ada dua keutamaan yang akan didapatkan dari ziarah kubur, yaitu sebagai berikut.
Menjadikan zuhud terhadap dunia
Karena dengan ziarah kubur seseorang akan diingatkan bahwa kelak di tempat seperti inilah akhir dari kehidupannya di dunia.
Hanya tempat sempit berukuran 2 X 1 meter saja, beralaskan tanah, berselimutkan kafan, berkawan dengan cacing, tidak membawa uang, kartu ATM, smartphone, dsb. Terputus hubungan dari dunia luar, bahkan dari keluarga terdekat yang dicintainya.
Mengingatkan diri akan kehidupan akhirat
Karena dengan ziarah kubur akan menguatkan keyakinan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara saja.
Jika saatnya tiba, maka semua akan ditinggalkan, dan kehidupan akan beralih ke perjalanan selanjutnya yaitu alam barzakh (alam kubur), untuk selanjutnya kelak akan dibangkitkan di Yaumil Hisab.
Baca Juga: Mengasah Kecerdasan Hati
Tidak ada bekal selain takwa
Diriwayatkan suatu ketika Ali bin Abi Thalib berjalan melewati suatu area pekuburan yang sepi dan sunyi, lalu beliau berujar
يا أهل القبور أخبرونا عنكم أو نخبركم, أما خير من قبلنا فالمال قد اقتسم، والنساء قد تزوجن، والمساكن قد سكنها قوم غيركم، ثم قال أما والله لو استطاعوا لقالوا لم نر زادا خيرا من التقوى (ذكره ابن عبد البر في التمهيد)
Wahai sekalian ahli kubur, beritakanlah kepada kami tentang keadaan kalian, ataukah kami yang akan memberitakan kabar kami kepada kalian?
Adapun kabar kami kepada kalian adalah bahwa sesungguhnya harta kalian telah dibagi-bagi (kepada ahli waris kalian), istri kalian telah menikah lagi (dengan orang lain), rumah kalian telah dihuni oleh penghuni barunya). Kemudian Ali ra berkata,
‘Sekiranya kalian bisa berbicara, pastilah demi Allah kalian akan mengatakan bahwa tidak ada bekal selain takwa.” (Disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam At-Tahmhid).
Baca Juga: Raihlah Hatinya, Bunda
Penawar yang melembutkan hati
Ulama mengemukakan bahwa ada empat penawar yang dapat melembutkan hati, yaitu sebagai berikut.
Melepaskan diri dari kebiasaan buruk
Beralih untuk senantiasa menghadiri majelis ilmu, majelis nasihat dan majelis yang mengingatkan akan kehidupan akhirat
( الإقلاع عما هي عليه بحضور مجالس العلم والوعاظ والتذكير )
Memperbanyak ingat kematian (zikrul maut)
yang merupakan pemutus segala kenikmatan dunia
( ذكر الموت فيكثر من ذكر هاذم اللذات )
Menyaksikan orang yang sedang naza’ saat sakaratul maut
( مشاهدة المحتضرين ).
Suatu ketika, Imam Hasan Al-Basri menengok orang sakit yang pada saat tersebut sedang naza’ sakaratul maut. Lalu saat pulang ke rumahnya, wajah beliau berubah tidak seperti wajah saat berangkat dari rumah.
Dan ketika ditawari makan oleh keluarganya, beliau hanya berucap, ‘Sudahilah makan dan minum kalian, karena demi Allah sungguh aku melihat beratnya sakaratul maut.
Sungguh melihatnya, menjadikanku untuk (komitmen) beramal shaleh hingga kelak aku meninggal. (Disebutkan oleh Imam Qurthubi dalam At-Tadzkirah)
Berziarah kubur
( فزيارة قبور الموتى ).
Karena ziarah kubur akan dapat mengantarkan seseorang pada tujuan yang tidak dapat didapatkan pada hal-hal sebelumnya, seperti nasihat, dzikrul maut atau menyaksikan orang yang sedang sakarat.
Karena saat hati membutuhkan “peringatan”, belum tentu bisa bersesuaian dengan orang yang sedang sakarat. Maka ziarah kubur insya Allah dapat menjadi penawar bagi hati yang belum tentu bisa didapatkan dari hal-hal lainnya.
Baca Juga: Istirahat Seorang Hamba di Alam Kuburnya
Mengambil pelajaran dari orang yang telah dikubur
Saat ziarah kubur, hendaknya seseorang mengambil pelajaran dari semua orang-orang yang telah dikubur. Bukankah mereka semua dahulu juga hidup seperti diri kita?
Bukankah dahulu mereka juga bekerja mencari nafkah dan mengumpulkan harta? Bukankah mereka dahulu juga punya banyak karyawan, anak buah atau orang-orang suruhan yang membantu urusan mereka?
Bukankah dahulu mereka semua juga orang-orang yang banyak keluarga dan handai taulan serta suka berkumpul dan bercengkrama serta tertawa satu sama lainnya?
Bukankah mereka dahulu juga merupakan orang suka dengan fasilitas kehidupan dunia dan kemewahannya? Namun lihatlah sekarang, kematian telah memutus segala asa, keinginan, harapan dan ambisinya?
Tinggallah diri mereka hanya terbungkus kain kafan yang polos, bahkan tidak bawa tas, tidak ada HP, tidak ada uang dan tidak ada kantongnya?
Tanah sekarang telah menutupi wajah ganteng dan cantik mereka. Menjadi yatim dan janda semua anak dan istri mereka. Telah dibagi-bagi semua harta benda dan aset mereka, dan tidak ada satupun yang tersisa untuk dirinya.
Satu-satunya harapannya adalah amal shalehnya, yang kadang ketika hidup ia melalaikannya. Maka, mari kita semua beramal shaleh, menyiapkan bekal untuk saat hari malaikat maut datang menjemput.
Dengan harapan, mudah-mudahan kita semua dapat menghembuskan nafas terakhir kelak dengan husnul khatimah, mendapatkan ampunan dan keridhaan Allah Subhanahu wa taala.
Wallahu a’lam.[ind]