BANYAK di antara manusia yang telah merasa memberi banyak untuk dakwah dan kemaslahatan sehingga berharap mendapat imbalan yang lebih. Saat itu terjadi maka tak jarangan mereka mandek untuk beramal untuk kemaslahatan karena yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan.
Dalam surah Al-Mudatsir ayat enam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ
“Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.” (QS. Al-Mudatsir: 6)
Ustaz Faisal Kunhi M.A memberikan beberapa pelajaran terkait ayat di atas:
Hasan Al-Bashri berkata tentang maksud ayat ini, “Janganlah kamu merasa telah beramal banyak kepada Rabbmu. Demikian juga yang dikatakan oleh Ar-Rabi’ bin Anas dan pendapat ini juga yang menjadi pilihan Rabbmu.”
Seseorang yang beriman sudah seharusnya merasa kurang dalam beramal sampai surga yang menjadi cita-citanya tercapai dan terwujud. Ketika seseorang merasa sudah cukup dengan kebaikannya maka dia akan malas beramal untuk meraih surga-Nya yang seluas langit dan bumi.
Baca Juga: Hijrah Sudah Menjadi Ajaran Dasar Islam Jauh Sebelum Peristiwa Hijrah
Al-Mudatsir Ayat 6, Jangan Memberi karena Ingin Mendapat Lebih
Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَنْ يَشْبَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ خَيْرٍ يَسْمَعُهُ حَتَّى يَكُونَ مُنْتَهَاهُ الْجَنَّة (رواه الترمذي)
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Seorang mukmin tidak akan merasa puas (kenyang) dengan kebaikan yang dia dengar, sehingga akhir kesudahannya adalah surga.” (HR. Tirmidzi)
Adapun menurut Mujahid tentang maksud ayat di atas adalah, “Janganlah engkau merasa lemah diri untuk melakukan kebaikan.”
Lebih lanjut dia mengatakan, “Tamnun di kalangan orang Arab artinya adalah merasa lemah.” Ibnu Zaid berkata, “Maksudnya adalah dengan kenabian yang dibebankan kepadamu janganlah engkau merasa berjasa kepada manusia dengan maksud ingin mendapatkan imbalan jasa duniawi yang banyak.”
Ketika engkau memutuskan diri untuk menjadi pendakwah, maka luruskanlah niatmu, janganlah mencari kekayaan dengan cara berdakwah, karena jalan dakwah ini jalan perjuangan dan jalan yang penuh dengan onak dan duri di sekelilingnya.
Pikirkanlah apa yang bisa engkau berikan untuk Islam, jangan berfikir apa yang bisa engkau ambil dari Islam, renungkanlah apa manfaat yang bisa engkau beri untuk masjid ketika engkau diamanahkan untuk menjadi pengurus masjid, tetapi pikirkanlah apa yang bisa engkau berikan untuk masjid.
Janganlah perjuanganmu menegakkan kebenaran diniatkan untuk meraih materi dunia, itu sama saja engkau beramal untuk dunia tetapi dikemas dengan kemasan akhirat.
Jangan merasa paling berjasa, tetapi biarkanlah umat ini merasakan jejak-jejak kebaikan yang engkau toreh sebagai bekal engkau menghadap Ilahi rabbi. Sesungguhnya orang yang merasa paling berjasa maka akan hadir dalam dirinya sifat sombong yang buahnya adalah suka merendahkan orang dan sulit menerima nasihat.
Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur’an Universitas Islam Madinah bertutur tentang makna dari surat Al Mudatsir ayat 6 adalah, “Janganlah kamu menganggap harta, upaya, ilmu, dan dakwah yang telah kamu kerahkan itu telah banyak; namun pandanglah itu masih sedikit.”
Sungguh perjuangan kita untuk menegakkan Islam tidak bisa dibandingkan dengan perjuangan para nabi, sahabat yang telah mengorbankan harta bahkan jiwa mereka, oleh karena itu kira dilarang untuk mencibir para sahabat nabi karena kita tidak akan mungkin bisa melampaui kebaikan mereka.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘ahnu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya.” (HR. Bukhari)
Adapun menurut Syaikh Sulaiman Al Asyqor maksud ayat di atas adalah, “Yakni jika kamu memberi suatu pemberian kepada seseorang maka berikanlah karena mengharap ridha Allah, dan janganlah kamu merasa lebih tinggi karena pemberianmu terhadap orang lain.
Ketahuilah ketika kita bersedekah kepada seseorang, maka sebenarnya yang berjasa itu bukan yang memberi tetapi dia yang menerima, sebab ia telah membuka jalan keberkahan.”
Syaikh Assa’di menjelaskan ayat ini dengan penjelasan yang sangat lugas, “Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak,” yaitu janganlah engkau berharap pada manusia atas nikmat-nikmat dunia dan akhirat yang kau berikan sehingga kau meminta lebih atas pemberian itu dan kau melihat adanya keutamaan dirimu atas mereka.
Tapi berbuat baiklah kepada manusia selagi kau mampu, lupakanlah kebaikanmu kepada mereka dan harapkan pahalamu dari Allah dan sikapilah orang yang kau perlakukan baik dan yang lain secara sama.”
Demikian tadabbur singkat ini, semoga kita bisa menjadi seperti matahari yang terus memberi dan tidak pernah mengharapkan kembali. [Ln]