TANTANGAN memilih jodoh tidak hanya datang dari seseorang yang ingin menikah, namun juga dari orang tua sebagai calon mertua.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan pasangan hidup untuk menjalani rumah tangga di antaranya: di mana menemukannya? bagaimana cara memprosesnya? siapa yang melakukannya? bagaimana teknis pelaksanaannya? bagaimana nanti setelah menikah?
Di antara pertanyaan-pertanyaan tersebut yang terpenting adalah memasikan bahwa calon pasangan atau calon menantu adalah yang baik akhlaknya, jelas visi hidupnya, dan merupakan pribadi yang bertanggung jawab dan sayang kepada keluarga.
Baca Juga: Makna Surat An-Nur Ayat 26 yang Sering Dikaitkan dengan Jodoh
Tantangan Memilih Jodoh Masa Kini
Media sosial saat ini telah menjadi salah satu sarana untuk menemukan dan menentukan jodoh, walaupun banyak yang berjalan dengan harmonis namun tidak sedikit yang merasa tertipu dan berujung perceraian.
Yang menjadi penyebab utama dan sering kali baru disadari adalah penampilan pasangan tidak sesuai dengan kenyataan.
Dan hal yang paling dikhawatirkan bagi calon pasangan dan calon mertua adalah perilaku buruknya kepada pasangan, seperti melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), menggunakan narkoba, berjudi, tidak mau shalat, malas mencari nafkah, mengalami gangguan psikologi dan tidak mampu mencari nafkah.
Selain itu, di masa kebebasan berekspresi sangat dijunjung tinggi ini, kekhawatiran terbesar adalah apakah calon pasangan atau calon menantu berhubungan dengan komunitas atau pelaku LGBT, serta kecanduang pornografi atau games online?
Ada kasus seorang perempuan yang berkenalan melalui media sosial dengan calon pasangannya. Setelah empat tahun berkenalan, mereka memutuskan untuk menikah.
Namun ketika beberapa bulan menikah, barulah diketahui bahwa suaminya termasuk penyuka sesama jenis (homoseksual).
Perempuan tersebut akhirnya menyesali kesalahannya karena sejak awal tidak mencari tahu lebih dalam tentang sosok suaminya.
Oleh karena itu, jangan sampai media sosial menjadi tolak ukur dalam memilih pasangan.
Banyak pula pasangan yang dibutakan oleh cinta sehingga mereka mengabaikan masukan dan nasihat dari orang lain terutama dari orang tua dan keluarga.
Budaya masyarakat Indonesia tentang melakukan penelusuran bibit, bebet dan bobot calon pasangan atau calon menantu harus tetap dipertahankan.
Karena dalam sosial media masyarakat modern cenderung bersikap manipulatif dalam menampilkan diri mereka.
Kesehatan fisik dan psikis juga harus menjadi pertimbangan dalam memilih calon pasangan karena akan berpengaruh pada kondisi keluarganya kelak.
Pasangan yang akan menikah akan menjalani kehidupan bersama dan akan menghadapi beragam tantangan dan ujian sehingga mereka membutuhkan banyak energi dan kemampuan menyesuaikan diri dalam merawat rumah tangga bersama.
Ada kasus seorang istri meminta cerai dengan suaminya karena hal kecil. Sang Istri memiliki kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan terhadap sikap suaminya.
Saat diperiksakan ternyata sang istri mengalami gangguan psikologis yang berat dan telah terjadi sejak lama.
Inilah mengapa memastikan kesehatan fisik dan psikis penting dalam memilih calon pasangan.
Demikianlan beberapa tantangan dalam memilih pasangan untuk meminimalisir konflik dalam rumah tangga yang disarikan dari buku Psikologi Pernikahan, Menyelami Rahasia Pernikahan oleh Muhammad Iqbal, Ph.D. [Ln]