SERING dianggap sebagai ayat tentang jodoh, ternyata surat An-Nur ayat 26 lebih menekankan kepada terbebasnya Istri Rasulullah, Aisyah dari segala tuduhan-tuduhan buruk yang dilontarkan oleh orang-orang yang bermaksud jelek kepada Aisyah.
Seperti diketahui, ayat ini sangat populer ketika dikaitkan dengan jodoh sebagai cerminan diri. Sebab, arti dari ayat ini secara sederhana memang menjelaskan perempuan-perempuan keji untuk laki-laki keji, begitu juga sebaliknya, perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik.
Baca Juga: An-Nur Ayat 30-31, Laki-Laki dan Perempuan Bekerjasama Menjaga Kebersihan Sosial
Memaknai Surat An-Nur Ayat 26 yang Sering Dikaitkan dengan Jodoh
Akan tetapi, dalam channel youtubenya, Adi Hidayat Official, Ustaz Adi Hidayat mengungkapkan bahwa alasan mengapa ayat ini turun adalah karena saat itu, Aisyah dituduh melakukan tindakan yang tidak pantas dengan seorang sahabat yang mengawal Rasulullah.
اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ࣖ ٢٦
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka (yang baik) itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia. (Q.S. An-Nur: 26)
Dijelaskan bahwa ayat ini menunjukkan kesucian ‘Aisyah dan sahabat Rasulullah, Safwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka.
Rasulullah adalah orang yang paling baik. Maka, perempuan yang baik pulalah yang menjadi istri beliau.
Ustaz Adi mengungkapkan bahwa pada ayat 26 ini, Allah juga sebenarnya memberikan sindiran tentang bagaimana perilaku manusia yang sesungguhnya bersumber pada keadaan hati dan pikiran.
Hati yang baik akan melahirkan tindakan-tindakan yang baik. Misal, pandangannya selalu melihat hal-hal baik serta senang mengeluarkan kata-kata yang baik.
Begitu juga dengan hati yang tidak baik, maka akan melahirkan kata-kata dan perilaku yang tidak baik pula. Misal, kata-kata yang kotor atau buruk akan keluar dari lisannya.
Karena itulah, orang-orang yang mulia itu karakteristiknya adalah selalu mengeluarkan kata-kata yang indah dan menyenangkan.
Jadi, ayat ini memang lebih menekankan tentang pembebasan Aisyah dan keluarga dari tuduhan-tuduhan hoax yang disematkan kepada beliau.
Terkait perihal jodoh sebagai cerminan diri, memang ada ahli tafsir yang memaknai ayat ini kepada keumuman makna tentang berpasangan dalam berumah tangga.
Baik bertemu baik, tidak baik akan bertemu tidak baik. Sekilas, memang terlihat ada kebenaran dari segi penafsiran yang dimaksudkan.
Orang-orang yang berkumpul di tempat baik cenderung mendapat jodoh baik pula. Orang-orang yang berkumpul di tempat buruk juga mendapat jodoh buruk pula.
Oleh sebab itu, pergaulan atau lingkungan juga jadi penentu bagaimana seseorang bisa memilih pasangan dalam kehidupan berumah tangga.
Namun, hal ini tidak menjadi relevan ketika setelah menikah, ternyata tidak seperti yang digambarkan atau diharapkan. Suami sudah baik, tapi pasangan tidak baik seutuhnya.
Istri sudah baik, tapi ternyata suaminya tidak baik. Oleh sebab itu, penting sekali untuk mengurai penafsirannya secara jelas. Terkait asal-usul mengapa ayat tersebut turun.
Para ulama pun lebih memaknai ayat tersebut sesuai konteks, yaitu tentang membebaskan Aisyah dari tuduhan-tuduhan dibandingkan dibawa ke aspek ke dalam rumah tangga atau tentang jodoh.
Namun, seperti dijelaskan di atas, apabila kita berkumpul di dalam lingkungan yang baik, maka kemungkinan untuk bertemu pasangan yang baik akan jauh lebih besar.
Oleh sebab itu, jangan pernah berputus asa dalam berikhtiar mencari jodoh yang baik. Berkumpullah bersama orang-orang baik agar diri kita juga bisa dipertemukan oleh orang baik. [Cms]